Kamis, 02 Maret 2017

Bakti Sosial, Pengobatan Gratis di wilayah Betteng Batu, Pondok Indah dan Saludango

Dalam program kerja Dewan Pastoral Paroki Santa Maria – Mamuju, salah satu yang menjadi perhatian utama adalah kehadiran gereja dalam masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan. Salah satu bentuk kegiatan yang telah diwujudkan adalah kegiatan Bakti Sosial Pengobatan Gratis kepada seluruh masyarakat di Dusun Betteng Batu, Pondok Indah dan Salu Dango, Desa Pamullukan, Kecamatan Kalukku Kabupaten Mamuju pada tanggal 18 – 19 Februari 2018.

Aksi ini digagas oleh Pastor Paroki (P. Victor Wiro Patinggi, Pr) bersama Tim Kesehatan Paroki yang telah di bentuk sejak tahun 2016 dengan melibatkan umat paroki yang bergerak dalam dunia kesehatan (Dokter, Perawat, Bidan, Pemerhati Kesehatan, dll). Rangkaian kegiatan ini, selain pemeriksaan dan pengobatan gratis, juga diisi dengan penyuluhan kesehatan khususnya terkait program PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat) yang sering kali diabaikan oleh masyarakat. Aksi ini sendiri merupakan salah satu langkah awal dari bentuk perhatian gereja kepada kehidupan masyarkat di sekitarnya.
Medan yang cukup sulit ditempuh, tidalah menjadi halangan kepada seluruh tim, namun menjadi tantangan tersendiri. Perjalanan dari Kota Mamuju sampai di daerah Kalukku, masih dapat ditempuh dengan kendaraan biasa. Namun ketika sudah memasuki daerah pegunungan, lokasi tersebut hanya bisa ditempuh dengan menggunakan mobil-mobil angkutan khusus dan motor.
Di wilayah ini terdapat tiga stasi yang menjadi wilayah pelayanan Paroki Mamuju yakni Stasi Betteng Batu, Stasi Pondok Indah dan Stasi Saludango. Untuk Sasi Saludango sendiri merupakan stasi yang cukup sulit untuk ditempuh. Dari Stasi Pondok indah dibutuhkan waktu ± 4 jam untuk berjalan kaki bagi warga yang sudah terbiasa.

Kegiatan ini sebagai bentuk aksi konkrit dari gerakan paroki untuk mewujudkan kepedulian dalam kehidupan bermasyarakat. Pastor Paroki (P. Victor Wiro Patinggi, Pr) dalam berbagai kesempatan mengatakan bahwa “Gereja Katolik harus keluar dari Zona Nyaman, tidak boleh berdiam diri untuk membangun dan membetuk dirinya sendiri tetapi harus terlibat secara konkrit untuk membantu siapa saja yang membutuhkan tanpa harus memandang perbedaan Suku, Ras, Agama dan Antar Golongan.

Dalam Kopendium ASG (Ajaran Sosial Gereja) No. 89-90 merujuk pada ensiklik sosial yang pertama “Rerum Novarum” (Paus Leo XIII) yang menganalisis berbagai penyakit sosial, yang pada akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa “sosialisme” bukanlah obat penyembuh yang manjur (yang secara detail tidak akan dibahas di sini).

89. Sebagai tanggapan terhadap masalah sosial besar yang pertama, Paus Leo XIII memaklumkan ensiklik sosial yang pertama, Rerum Novarum. Ensiklik ini membedah kondisi para pekerja upahan, yang secara khusus menyusahkan para pekerja industri yang merana dalam kesengsaraan yang tidak manusiawi. Masalah kerja dikaji seturut berbagai matranya yang sebenarnya. Masalah itu diselidiki dalam semua bentuk ungkapannya di bidang sosial dan politik sehingga sebuah penilaian yang tepat bisa dibuat dalam terang prinsip-prinsip doktriner yang dilandaskan pada pewahyuan dan pada hukum kodrati serta moralitas.

Rerum Novarum mendaftarkan sejumlah kesalahan yang menimbulkan berbagai penyakit sosial, menafikan sosialisme sebagai obat penyembuh serta menguraikan secara persisi dan dalam bingkai kontemporer “ajaran Katolik menyangkut kerja, hak kepemilikan, prinsip kerja sama alih-alih perjuangan kelas sebagai sarana hakiki bagi perubahan sosial, hak-hak kaum lemah, martabat kaum miskin dan kewajiban-kewajiban kaum kaya, penyempurnaan keadilan melalui cinta kasih, serta hak untuk membentuk serikat-serikat profesi.”

Rerum Novarum menjadi dokumen yang mengilhami karya Kristen di bidang sosial dan titik acuan untuk karya ini. Tema utama ensiklik ini adalah penataan masyarakat secara adil, seraya mengingatkan adanya kewajiban untuk mematok kriteria penilaian yang akan membantu menakar sistem-sistem sosio-politik yang ada dan menganjurkan haluan- haluan tindakan bagi pembaruan sistem-sistem tersebut secara tepat.

90. Rerum Novarum menelisik masalah-masalah kerja dengan menggunakan sebuah metodologi yang kemudian menjadi “suatu paradigma yang berkanjang” bagi perkembangan-perkembangan selanjutnya dalam ajaran sosial Gereja. Prinsip-prinsip yang ditegaskan Paus Leo XIII kelak diangkat kembali dan dipelajari secaralebih mendalam dalam ensiklik-ensiklik sosial selanjutnya. Keseluruhan ajaran sosial Gereja dapat dilihat sebagai sebuah pemutakhiran, sebuah analisis yang lebihmendalam serta sebuah perluasan terhadap intipati asali dari prinsip-prinsip yang disajikan dalam Rerum Novarum. Bersama teks yang berani lagi berwawasan jauh kedepan ini, Paus Leo XIII “memberi Gereja semacam ‘status kewarganegaraan’ ditengah realitas-realitas kehidupan publik yang sedang berubah” dan membuat sebuah “pernyataan yang sangat tegas” yang kemudian menjadi “unsur permanen ajaran sosial Gereja”. Beliau mengakui bahwa masalah-masalah sosial yang berat “hanya akan dapat dipecahkan bila semua tenaga dan sumber daya dikerahkan secara terpadu” dan menambahkan bahwa “menyangkut Gereja, kerja sama dari pihaknya tidak akan pernah pudar”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar