A.
Menuju Yesus melalui Bunda Maria
“Ad Jesum per
Mariam” (Menuju Yesus melalui Bunda Maria) adalah istilah yang sering
kita dengar. Namun sudahkah kita menghayati pepatah ini, dan menjadikannya
sebagai semboyan hidup sendiri? Barangkali proses pemahaman tentang hal ini
akan memakan waktu sepanjang hidup kita, dan semoga hari demi hari Tuhan
menambahkan kepada kita pemahaman yang semakin mendalam.
Pemahaman tentang
ajaran Gereja Katolik tentang Bunda Maria tidak terlepas dari apa yang
dipaparkan dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, yang juga diteruskan
dalam Tradisi Suci, yang dapat diterangkan sebagai berikut:
- Peran Bunda Maria telah
digambarkan secara samar- samar dalam Kitab Perjanjian Lama. Jadi, dengan
melihat tipologi, kita dapat melihat kaitan antara penggambarannya di
Perjanjian Lama dan penggenapannya di Perjanjian Baru.
- Peran Bunda Maria disampaikan
secara eksplisit dalam Kitab Suci terutama dalam Injil.
- Peran Bunda Maria kemudian
banyak disampaikan oleh Tradisi Suci, yaitu dari ajaran yang disampaikan
oleh para Bapa Gereja, dan yang dilestarikan juga dalam liturgi suci dan
oleh pengajaran Magisterium, yang menunjukkan bahwa Bunda Maria selalu
menjadi bagian dalam sejarah kehidupan Gereja di sepanjang jaman.
“Ad Jesum per
Mariam“, pepatah ini berguna bagi pemahaman akan inti penghormatan kita
kepada Bunda Maria. Mengapa? Karena penghormatan kita kepada Bunda Maria tidak
terlepas dari penghormatan kita kepada Yesus. Kita menuju Yesus melalui Bunda
Maria. Maka, secara prinsip, dapat dikatakan demikian:
- Seluruh gelar dan kehormatan
Maria yang diberikan Allah kepadanya adalah demi kehormatan Yesus Kristus
Putera-Nya, dan penghormatan ini selalu berada di bawah penghormatan
kepada Kristus.
- Dasar penghormatan kepada Bunda
Maria adalah karena perannya sebagai Bunda Allah.
- Sebagai Bunda Allah, Maria
dikuduskan Allah dan mengambil peran istimewa dalam keseluruhan rencana
keselamatan Allah.
a.
Untuk itu Maria dipersiapkan
Allah, dengan dibebaskan dari dosa asal sejak
terbentuknya di dalam kandungan (Immaculate Conception). Pemahaman akan
kaitan makna penggambaran Perjanjian Lama dalam penggenapannya dengan
Perjanjian Baru menjelaskan kekudusan Maria ini sebagai: i) Sang Hawa
Baru yang bekerjasama dengan Kristus Sang Adam yang baru; dan
ii) Sang Tabut Perjanjian Baru yang mengandung Kristus, yang
adalah Tanda Perjanjian Baru.
b.
Bunda Maria menjalankan
perannya sebagai Bunda Allah dan bekerjasama dalam rencana
keselamatan Allah. Kerjasama Maria ini terlihat dari ketaatan-Nyadalam
mendengarkan dan melaksanakan Sabda Allah. Oleh sebab itu, kerjasama Bunda
Maria ini tidak hanya terbatas oleh kesediaannya untuk mengandung dan
melahirkan Yesus; namun juga kesetiaannya dalam membesarkan dan mendampingi
Yesus dalam menjalankan misi keselamatan Allah. Maria juga menjadi mediatrix/
pengantara yang menghantar orang- orang kepada Kristus, [dan ini
dilakukannya tidak saja selama hidupnya di dunia, tetapi juga saat ia telah
kembali ke surga].
c.
Kerjasama Bunda Maria dengan rahmat Allah yang diterimanya, menghasilkan:
i) persatuannya dengan Kristus, baik saat ia hidup di dunia ini,
maupun pada saat ia beralih dari dunia ini dan sesudahnya dalam kehidupan
kekal; ii) Oleh jasa pengorbanan Kristus, Bunda Maria diangkat ke surga;
iii) Maria menjadi bunda semua umat beriman, karena Kristus telah
memberikannya kepada kita sebagai ibu kita juga; iv) Setelah ia diangkat ke
surga, Bunda Maria tetap menjadi pengantara kita kepada Kristus dengan
doa- doa syafaatnya; v) Bunda Maria diangkat oleh Allah menjadi Ratu
Surga.
- Pengaruh doktrin Maria kepada
kita umat beriman.
a.
Ketaatan dan kekudusan
Bunda Maria adalah teladan bagi kita umat beriman.M
b.
Maria adalah Bunda Gereja,
Bunda kita umat beriman.
c.
Maria adalah Ibu dan
Perawan, maka Gereja juga adalah ibu dan perawan.
d.
Pengangkatan Bunda
Maria ke surga adalah gambaran akhir bagi kita kelak.
B.
Seluruh gelar dan kehormatan Maria adalah demi Putera-Nya Yesus
dan selalu berada di bawah penghormatan kepada Yesus.
Cardinal Newman
mengatakan “the Glories of Mary are for the sake of her Son”[1].
Ini berarti bahwa apapun gelar dan penghormatan kepada Maria selalu “secondary”
(berada di bawah) setelah Puteranya, Yesus Kristus. Ini juga berarti bahwa
semua penghormatan dan gelar yang diberikan kepada Maria, senantiasa berakar
pada hubungannya yang begitu istimewa dengan Tritunggal Maha Kudus. Ia menjadi
puteri Allah Bapa, Bunda Allah Putera dan mempelai Roh Kudus. Sebagai puteri
Allah Bapa, Bunda Maria senantiasa taat dan senantiasa melaksanakan kehendak
Allah Bapa di sepanjang langkah hidupnya. Sebagai puteri Allah Bapa, Maria
menunjukkan ketaatannya untuk bekerjasama dengan Allah dalam karya keselamatan.
Sebagai bunda Allah Putera, Maria berpartisipasi dalam karya penyelamatan
manusia dan senantiasa membawa seluruh umat Allah kepada Puteranya. Sebagai
mempelai Allah Roh Kudus, Maria menjadi sosok yang kudus dan tak bercela.
Konsili Vatikan II
mengajarkan tentang hal ini demikian:
“Karena pahala
putera-Nya ia ditebus secara lebih unggul, serta dipersatukan dengan-Nya dalam
ikatan yang erat dan tidak terputuskan. Ia dianugerahi kurnia serta martabat
yang amat luhur, yakni menjadi Bunda Putera Allah, maka juga
menjadi Puteri Bapa yang terkasih dan kenisah Roh
Kudus. Karena anugerah rahmat yang sangat istimewa itu ia jauh lebih unggul
dari semua makhluk lainnya, baik di sorga maupun di bumi….” (Lumen Gentium,
53).
Pengantara kita hanya
ada satu, menurut sabda Rasul: “Sebab Allah itu esa, dan esa pula pengantara
antara Allah dan manusia, yakni manusia Kristus Yesus, yang telah menyerahkan
diri-Nya sebagai tebusan bagi semua orang” (1Tim 2:5-6). Adapun peran
keibuan Maria terhadap umat manusia sedikit pun tidak menyuramkan atau
mengurangi pengantaraan Kristus yang tunggal itu, melainkan justru menunjukkan
kekuatannya. Sebab segala pengaruh Santa Perawan yang menyelamatkan manusia
tidak berasal dari suatu keharusan objektif, melainkan dari kebaikan ilahi.
Pengaruh tersebut mengalir dari kelimpahan pahala Kristus, bertumpu
pada pengantaraan-Nya, sama sekali tergantung dari padanya, dan menimba segala
kekuatannya dari padanya. Pengaruh itu sama sekali tidak merintangi
persatuan langsung kaum beriman dengan Kristus, melainkan justru mendukungnya.”
(Lumen Gentium 60)
Sebab tiada makluk satu pun yang pernah dapat disejajarkan dengan Sabda yang menjelma dan Penebus kita. Namun seperti imamat Kristus secara berbeda-beda ikut dihayati oleh para pelayan (imam) maupun oleh Umat beriman, dan seperti satu kebaikan Allah terpancarkan secara nyata kepada makhluk-makhluk ciptaan-Nya dengan cara yang berbeda-beda, begitu pula satu-satunya pengantaraan Penebus tidak meniadakan, melainkan membangkitkan pada mereka aneka bentuk kerja sama yang berasal dari satu-satunya sumber. Adapun Gereja tanpa ragu-ragu mengakui, bahwa Maria memainkan peran yang berada di bawah Kristus seperti itu. Gereja tiada hentinya mengalaminya, dan menganjurkan kepada kaum beriman, supaya mereka ditopang oleh perlindungan Bunda itu lebih erat menyatukan diri dengan Sang Pengantara dan Penyelamat.” (Lumen Gentium 62)
Sebab tiada makluk satu pun yang pernah dapat disejajarkan dengan Sabda yang menjelma dan Penebus kita. Namun seperti imamat Kristus secara berbeda-beda ikut dihayati oleh para pelayan (imam) maupun oleh Umat beriman, dan seperti satu kebaikan Allah terpancarkan secara nyata kepada makhluk-makhluk ciptaan-Nya dengan cara yang berbeda-beda, begitu pula satu-satunya pengantaraan Penebus tidak meniadakan, melainkan membangkitkan pada mereka aneka bentuk kerja sama yang berasal dari satu-satunya sumber. Adapun Gereja tanpa ragu-ragu mengakui, bahwa Maria memainkan peran yang berada di bawah Kristus seperti itu. Gereja tiada hentinya mengalaminya, dan menganjurkan kepada kaum beriman, supaya mereka ditopang oleh perlindungan Bunda itu lebih erat menyatukan diri dengan Sang Pengantara dan Penyelamat.” (Lumen Gentium 62)
C.
Dasar penghormatan kepada Bunda Maria adalah karena perannya
sebagai Bunda Allah (Theotokos)
Kepenuhan rahmat Tuhan
dalam diri Maria dan martabatnya diperoleh dari perannya sebagai Bunda Allah.
Bahkan dapat dikatakan bahwa seluruh gelar tentang Maria bersumber pada
kenyataan bahwa Maria adalah Bunda Allah, bunda Sang Penebus. Oleh karena itu,
semua gelar Maria senantiasa bersumber pada misteri Inkarnasi Kristus. Jadi, seluruh gelar Maria adalah
untuk semakin memperkuat pengajaran tentang Inkarnasi Kristus.
1)
Dasar Kitab Suci: Theotokos:
1.
Kejadian 3:15: “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan
ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan
kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.” Janji ini tentang
‘perempuan itu (the woman) dan keturunannya’ mengacu kepada Tuhan Yesus
dan Bunda Maria, ibu yang melahirkan-Nya.
2.
Lukas 1:42-43, Elisabeth menyebut Bunda Maria sebagai “ibu Tuhanku.”
Elisabeth juga menyebutkan Maria sebagai seseorang yang terberkati di antara
wanita, oleh karena ia mengandung Yesus.
3.
Yesaya 7:14; Matius 1:23, “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan
seorang anak laki-laki dan mereka akan menamakan Dia Immanuel, yang berarti,
“Allah menyertai kita.”
4.
Lukas 1:35: Kata malaikat itu, “….sebab anak yang akan kaulahirkan
itu akan disebut kudus, anak Allah.”
5.
Matius 2:11. “Maka masuklah mereka … dan melihat Anak itu bersama dengan
ibu-Nya.”
6.
Galatia 4:4: “tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya
yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.”
2)
Dasar Tradisi Suci: Theotokos
Berikut ini adalah
pengajaran para Bapa Gereja yang menyebutkan bahwa Maria adalah sungguh Bunda
Allah:
1.
St. Irenaeus (180): “Perawan Maria, yang taat kepada Sabda-Nya menerima
dari kabar gembira malaikat bahwa ia akan melahirkan Tuhan.”[2].
2.
St. Petrus dari Alexandria (260-311): “Kami mengakui kebangkitan
orang mati, di mana Yesus kristus Tuhan kita menjadi yang pertama; Ia mempunyai
tubuh yang sungguh, bukan hanya kelihatan sebagai tubuh, tetapi tubuh yang
diperoleh dari Maria Bunda Allah.[3]
3.
St. Cyril dari Jerusalem (350): “Banyaklah saksi sejati tentang Kristus. Allah Bapa
memberi kesaksian tentang Putera-Nya dari Surga, Roh Kudus turun dengan
mengambil rupa seperti burung merpati: Penghulu malaikat memberikan kabar
gembira kepada Maria: Perawan Bunda Allah memberikan kesaksian …..”[4]
4.
Athanasius (365): “Sabda Allah Bapa di tempat yang Maha tinggi, ….
adalah Ia yang dilahirkan di bawah ini, oleh Perawan Maria, Bunda Allah.[5]
5.
St. Epifanus (374): Ia [Kristus] membentuk manusia menjadi sempurna di
dalam Diri-Nya sendiri, dari Maria Bunda Allah, melalui Roh Kudus.”[6]
6.
St. Ambrosius (378): “Biarkan hidup Maria …. memancar seperti penampakan
kemurnian dan cermin bentuk kebajikan…. Hal utama yang mendorong semangat dalam
proses belajar adalah kebesaran sang guru. Apakah yang lebih besar daripada
Bunda Tuhan?[7]
7.
St. Jeromus/ Jerome (384): “Jadikan teladanmu, Maria yang terberkati, yang karena
kemurniannya yang tak tertandingi menjadikannya Bunda Allah.”[8]
8.
St. Gregorius Naziansa (382) menyatakan, barangsiapa tidak percaya bahwa Bunda
Maria adalah Bunda Allah, maka ia adalah orang asing bagi Allah. Sebab Bunda
Maria bukan semata-mata saluran, melainkan Kristus sungguh-sungguh terbentuk di
dalam rahim Maria secara ilahi (karena tanpa campur tangan manusia) namun juga
secara manusiawi (karena mengikuti hukum alam manusia).[9]
9.
St. Yohanes Cassian (430): “….Kami akan membuktikan oleh kesaksian Ilahi bahwa
Kristus adalah Allah dan bahwa Maria adalah Bunda Allah.”[10].
10.
St. Cyril dari Alexandria (444): “Bunda Maria, Bunda Allah…, bait Allah yang kudus
yang di dalamnya Tuhan sendiri dikandung… Sebab jika Tuhan Yesus adalah Allah,
bagaimanakah mungkin Bunda Maria yang mengandung-Nya tidak disebut sebagai
Bunda Allah?”[11].
11.
St. Vincent dari Lerins (450): “Semoga Tuhan melarang siapapun yang berusaha
merampas dari Maria yang kudus, hak- hak istimewanya yaitu rahmat ilahi dan
kemuliaannya. Sebab dengan keistimewaannya yang unik dari Tuhan, ia disebut
sebagai Bunda Allah [Theotokos] yang sungguh dan yang sangat terberkati.
Santa Maria adalah Bunda Allah, sebab di dalam rahimnya yang kudus digenapilah
misteri yang karena kesatuan Pribadi yang unik dan satu- satunya, Sang Sabda
yang menjelma menjadi manusia, sehingga manusia itu adalah Tuhan dan di dalam
Tuhan.[12]
12.
St. Yohanes Damaskinus (749): “Biarkanlah Nestorius menjadi malu dan
menutup mulutnya. Anak ini adalah Allah. Bagaimana mungkin ia yang
melahirkan-Nya bukan Bunda Allah?”[13].
3)
Pengajaran Magisterium Gereja: Theotokos
Gereja Katolik
mengajarkan:
“Maria adalah sungguh-
sungguh Bunda Allah” (De fide)[14].
Doktrin Maria sebagai
Bunda Allah/ “Theotokos” ……. dinyatakan Gereja melalui Konsili
di Efesus (431) dan Konsili keempat di Chalcedon (451).
Pengajaran ini diresmikan pada kedua Konsili tersebut, namun bukan berarti
bahwa sebelum tahun 431, Bunda Maria belum disebut sebagai Bunda Allah.
Kepercayaan Gereja akan peran Maria sebagai Bunda Allah dan Hawa yang baru
sudah berakar sejak abad awal. Keberadaan Konsili Efesus yang mengajarkan “Theotokos”
tersebut adalah untuk menolak pengajaran sesat dari Nestorius. Nestorius hanya
mengakui Maria sebagai ibu kemanusiaan Yesus, tapi bukan ibu Yesus sebagai
Tuhan, sebab menurut Nestorius yang dilahirkan oleh Maria adalah manusia yang
di dalamnya Tuhan tinggal, dan bukan Tuhan sendiri yang sungguh menjelma
menjadi manusia. Konsili Efesus mengajarkan:
“Jika seseorang tidak
mengakui bahwa Emmanuel adalah Tuhan sendiri dan oleh karena itu Perawan Suci
Maria adalah Bunda Tuhan (Theotokos); dalam arti di dalam dagingnya ia
[Maria] mengandung Sabda Allah yang menjelma menjadi daging [seperti tertulis
bahwa "Sabda sudah menjadi daging"], terkutuklah ia.” (D113)
Bahwa Maria adalah
Bunda Allah adalah pengajaran Gereja sepanjang sejarah dan ini ditegaskan
kembali dalam Konsili Vatikan II:
“Sebab perawan
Maria, yang sesudah warta Malaikat menerima Sabda Allah dalam hati maupun
tubuhnya, serta memberikan Hidup kepada dunia, diakui dan dihormati
sebagai Bunda Allah dan [Bunda] penebus yang sesungguhnya.” (Lumen
Gentium 53)
D.
Sebagai Bunda Allah, Maria dikuduskan Allah dan mengambil peran
istimewa dalam rencana keselamatan Allah.
Karena peran Bunda
Maria sebagai Bunda Allah ini maka ia dipersiapkan dan dikuduskan oleh Allah.
Peran sebagai Bunda Allah dalam rencana keselamatan ini menjadikan Maria
sebagai Hawa yang baru, yang bekerja sama dengan Kristus sang Adam yang baru,
untuk menyelamatkan manusia. Hal- hal yang berkaitan dengan keistimewaan Bunda
Maria sebagai Bunda Allah, dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok: a)
persiapan Allah untuk menjadikan Maria sebagai Bunda-Nya b) kerja sama Bunda
Maria dalam rencana keselamatan Allah c) buah/hasil yang diterima Maria dari
perannya sebagai Bunda Allah.
1)
Persiapan Bunda Maria sebagai Bunda Allah
Kepenuhan rahmat Tuhan
dalam diri Maria dan martabatnya diperoleh dari perannya sebagai Bunda Allah.
Para Bapa Gereja mengajarkan bahwa Bunda Maria adalah Hawa yang baru, dan Tabut
Perjanjian Baru. Keberadaan Bunda Maria telah dinubuatkan sejak awal mula,
yaitu setelah kejatuhan Adam dan Hawa. Jika melalui Hawa, manusia memperoleh
maut, maka melalui Maria, manusia memperoleh hidup kekal di dalam Kristus Tuhan
yang dilahirkannya. Untuk misi utamanya sebagai Hawa Baru dan Ibu Tuhan,
maka Maria dikuduskan Allah. Dikuduskan di sini artinya dibebaskan
dari noda dosa asal, dan karenanya Maria tidak berdosa dan tetap perawan
sepanjang hidupnya.
·
Dasar Kitab Suci: Maria telah dipersiapkan Allah
ü Kejadian 3:15: “Aku akan mengadakan
permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan
keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan
tumitnya.” ‘Perempuan’ yang keturunannya akan mengalahkan ular (Iblis)
ini adalah Bunda Maria. Karena perannya sebagai sang perempuan yang mengalahkan
Iblis ini, maka Maria oleh Allah dibebaskan dari noda dosa; sebab jika ia
berdosa/ tercemar oleh Iblis, bagaimana mungkin ia mengalahkan Iblis, seperti
disebut dalam Kej 3:15.
ü Yohanes 2:4; 19:26, juga menyebutkan
Maria sebagai ‘perempuan’, dan dengan demikian mengacu pada ‘perempuan’ yang
dijanjikan Allah yang akan melahirkan keturunan yang akan meremukkan kepala
Iblis, seperti disebutkan pada Kej 3:15.
ü Wahyu 11:19- 12:1-2: Bunda Maria
sebagai Tabut Perjanjian Baru
Di dalam Kitab
Perjanjian Lama, yaitu di Kitab Keluaran bab 25 sampai dengan 31, kita melihat
bagaimana ’spesifik-nya’ Allah saat Ia memerintahkan Nabi Musa untuk membangun
Kemah suci dan Tabut Perjanjian. Ukurannya, bentuknya, bahannya, warnanya,
pakaian imamnya, sampai seniman-nya (lih. Kel 31:1-6), semua ditunjuk oleh
Tuhan. Hanya imam (Harun) yang boleh memasuki tempat Maha Kudus itu dan ia pun
harus disucikan sebelum mempersembahkan korban di Kemah suci (Kel 40:12-15).
Jika ia berdosa, maka ia akan meninggal seketika pada saat ia menjalankan
tugasnya di Kemah itu (Im 22:9). Hal ini menunjukkan bagaimana Allah sangat mementingkan
kekudusan Tabut suci itu, yang di dalamnya diletakkan roti manna (Kel 25:30),
dan dua loh batu kesepuluh perintah Allah (Kel 25:16), dan tongkat imam Harun
(Bil 17:10; Ibr 9:4). Betapa lebih istimewanya perhatian Allah pada
kekudusan Bunda Maria, Sang Tabut Perjanjian Baru, karena di dalamnya
terkandung PuteraNya sendiri, Sang Roti Hidup (Yoh 6:35), Sang Sabda yang
menjadi manusia (Yoh 1:14), Sang Imam Agung yang Tertinggi (Ibr 8:1)!
Persyaratan kekudusan Bunda Maria -Sang Tabut Perjanjian Baru- pastilah jauh
lebih tinggi daripada kekudusan Tabut Perjanjian Lama yang tercatat dalam Kitab
Keluaran itu. Bunda Maria, Sang Tabut Perjanjian Baru, harus kudus, dan tidak
mungkin berdosa, karena Allah sendiri masuk dan tinggal di dalam rahimnya.
Itulah sebabnya Bunda Maria dibebaskan dari noda dosa oleh Allah.
Selanjutnya, berikut
ini adalah ayat-ayat yang menunjukkan perbandingan antara tabut perjanjian lama
dengan Maria
2 Sam 6:7; 1 Taw
13:9-10; Tabut Allah adalah sesuatu yang kudus. Pada PL, ketika Uza karena
keteledorannya menyentuh tabut itu, Allah menghukumnya dan Uza wafat seketika.
2 Sam 6:16 dengan Luk
1:41: Seperti halnya Raja Daud, Yohanes Pembaptis melompat kegirangan di
hadapan Tabut Allah (Bunda Maria).
2 Sam 6:9: “Bagaimana
tabut Tuhan itu dapat sampai kepadaku?” dengan Luk 1:43: “Siapakah aku ini
sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?”
2 Sam 6:11, 1 Taw
13:14 dengan Luk 1:56: Bunda Maria tetap tinggal di rumah persinggahannya
selama tiga bulan.
ü Lukas 1:28: Bunda Maria
dikatakan sebagai ‘full of grace/ penuh rahmat’ [kecharitomene -bahasa
Yunani] pada saat menerima Kabar Gembira dari Malaikat. Kecharitomene sendiri
artinya adalah diubahkan seluruhnya oleh rahmat Tuhan, jadi
artinya Maria telah disucikan seluruhnya oleh Tuhan sendiri.
Dengan demikian Maria dikuduskan bukan baru pada saat menerima kabar gembira
(sebab jika demikian ia tidak seluruhnya diubah/ dipenuhi oleh
rahmat Allah) melainkan sejak awal mula konsepsinya di dalam rahim ibunya,
Allah telah menguduskan dan membebaskannya dari segala noda dosa.
Hal ini diperoleh
Maria oleh karena jasa pengorbanan Kristus, hanya saja ia memperoleh lebih
dahulu, sebelum orang- orang yang lain, dan bahkan sebelum korban salib Kristus
terjadi. Allah yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu berhak memberikan
rahmat-Nya menurut kebijaksanaan-Nya.
ü Lukas 1:34: Kata Maria kepada
malaikat itu: “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku tidak bersuami (“I
know not man“)?” (Douay Rheims Bible- terjemahan Vulgate)
ü Keluaran 13:2,12;
34:19 dan Lukas
2:7: Anak sulung artinya adalah anak pertama yang lahir dari rahim ibu.
Sulung tidak berarti anak pertama dari banyak anak yang lain.
ü Yehezkiel 44:2 “Pintu
gerbang ini harus tetap tertutup, jangan dibuka dan jangan seorangpun masuk
dari situ, sebab Tuhan Allah Israel, sudah masuk melaluinya; karena itu gerbang
itu harus tetap tertutup.” Nabi Yehezkiel bernubuat bahwa tak seorangpun boleh
melalui gerbang yang olehnya Tuhan masuk ke dunia.
ü Markus 6:3:
Yesus selalu dikenal sebagai “the son of Mary”/ anak Maria satu-
satunya (“the“/ ‘sang’ anak Maria) bukan sekedar “a son
of Mary” (anak Maria). Sayangnya perkataan ‘the‘ ini tidak diterjemahkan
dalam Kitab Suci terjemahan LAI
ü Lukas 2:41-51: Pada saat Yesus
diketemukan di Bait Allah, tidak disebut adanya saudara- saudara Yesus yang
lain.
ü Yohanes 19:26-27: Tidak mungkin Yesus
menitipkan Ibu-Nya kepada sahabat-Nya (murid yang dikasihi-Nya) jika Ia masih
mempunyai saudara kandung.
Yoh 19:25, “Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria istri Klopas dan Maria Magdalena.” Ayat ini menjelaskan bahwa karena Maria istri Kleopas adalah saudara Bunda Maria, maka anak Maria istri Kleopas, yang bernama Yakobus dan Yusuf (Mat 27:56 dan Mrk 15:47) adalah saudara sepupu Yesus. Mat 27:61, 28:1 menyebutkan bahwa Maria istri Kleopas sebagai ‘Maria yang lain’/ the other Mary.
Yoh 19:25, “Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria istri Klopas dan Maria Magdalena.” Ayat ini menjelaskan bahwa karena Maria istri Kleopas adalah saudara Bunda Maria, maka anak Maria istri Kleopas, yang bernama Yakobus dan Yusuf (Mat 27:56 dan Mrk 15:47) adalah saudara sepupu Yesus. Mat 27:61, 28:1 menyebutkan bahwa Maria istri Kleopas sebagai ‘Maria yang lain’/ the other Mary.
·
Dasar Tradisi Suci: Maria telah dipersiapkan Allah – Tanpa dosa
dan perawan
Berikut ini adalah
pengajaran para Bapa Gereja yang menyebutkan Bunda Maria sebagai seorang yang
dipenuhi rahmat Tuhan, Tabut Perjanjian Baru, dan karena itu tidak
berdosa. Para Bapa Gereja mengajarkan demikian:
ü St. Irenaeus (180): “Hawa,
dengan ketidaktaatannya [karena berdosa]mendatangkan kematian bagi dirinya dan
seluruh umat manusia, … Maria dengan ketaatannya [tanpa dosa]mendatangkan
keselamatan bagi dirinya dan seluruh umat manusia…. Oleh karena itu, ikatan
ketidaktaatan Hawa dilepaskan oleh ketaatan Maria. Apa yang terikat oleh
ketidakpercayaan Hawa dilepaskan oleh iman Maria.”[15]
ü St. Hippolytus (235): “Ia
adalah tabut yang dibentuk dari kayu yang tidak dapat rusak. Sebab dengan ini
ditandai bahwa Tabernakel-Nya dibebaskan dari kebusukan dan kerusakan.”[16]
ü Origen (244): “Bunda
Perawan dari Putera Tunggal Allah ini disebut sebagai Maria, yang layak bagi
Tuhan, yang tidak bernoda dari yang tidak bernoda, hanya satu- satunya”[17].
ü St. Gregorius (213-270): “Mari
menyanyikan melodi yang diajarkan kepada kita oleh inspirasi harpa Raja Daud
dan berkata, “Bangunlah, O Tuhan, kepada peristirahatanmu; Engkau, dan tabut
tempat kudus-Mu.” Sebab sesungguhnya Sang Perawan Suci adalah sebuah
tabut, yang dilapisi emas dari dalam dan luar, yang telah menerima
keseluruhan harta dari tempat kudus.”[18]
ü St. Ephraim (361): ”Engkau
sendiri dan Bunda-Mu adalah yang terindah daripada semua yang lain, sebab tidak
ada cacat cela di dalam-Mu ataupun noda pada Bunda-Mu…[19]
“Biarkan para wanita memuji-Nya, Maria yang murni.”[20]
ü St. Athanasius (373), “O,
Perawan yang terberkati, sungguh engkau lebih besar daripada semua kebesaran
yang lain. Sebab siapakah yang sama dengan kebesaranmu, O tempat kediaman Sang
Sabda Allah? Kepada ciptaan mana, harus kubandingkan dengan engkau, O Perawan?
Engkau lebih besar daripada semua ciptaan, O Tabut Perjanjian, yang
dilapis dengan kemurnian, bukannya dengan emas! Engkau adalah Tabut
Perjanjian yang didalamnya terdapat bejana emas yang berisi manna yang sejati,
yaitu: daging di mana Ke-Allahan tinggal.”[21]
ü St. Epifanius (376):
“Barangsiapa yang menghormati Tuhan, menghormati juga bejana kudus-Nya; mereka
yang tidak menghormati bejana kudus itu, juga tidak menghormati Pemiliknya.
Maria itulah adalah Perawan yang kudus, yaitu sang bejana kudus itu.”[22]
ü St. Ambrose (387):
“Angkatlah tubuhku, yang telah jatuh di dalam Adam. Angkatlah aku, tidak dari
Sarah, tetapi dari Maria, seorang Perawan, yang tidak saja tidak bernoda,
tetapi Perawan yang oleh rahmat Allah telah dibuat tidak bersentuh dosa, dan
bebas dari setiap noda dosa[23]”.
ü St. Gregorius Nazianza (390): “Ia
[Yesus] dikandung oleh seorang perawan, yang terlebih dahulu telah dimurnikan
oleh Roh Kudus di dalam jiwa dan tubuh, sebab seperti seseorang yang mengandung
layak untuk menerima penghormatan, maka pentinglah bahwa ia yang perawan layak
menerima penghormatan yang lebih besar.”[24]
ü St. Agustinus (415): “Kita
harus menerima bahwa Perawan Maria yang suci, yang tentangnya saya tidak akan
mempertanyakan sesuatupun ketika kita membicarakan tentang dosa, demi hormat
kita kepada Tuhan; sebab dari Dia kita mengetahui betapa berlimpahnya rahmat
untuk mengalahkan dosa di dalam segala hal telah diberikan kepadanya, yang
telah berjasa untuk mengandung dan melahirkan Dia yang sudah pasti tidak berdosa.”[25]
ü Theodotus (446): “Seorang
perawan, yang tak berdosa, tak benoda, bebas dari cacat cela, tidak tersentuh,
tidak tercemar, kudus dalam jiwa dan tubuh, seperti setangkai lili yang
berkembang di antara semak duri.”[26].
ü Proclus dari Konstantinopel
(446): “Seperti Ia [Yesus] membentuknya [Maria] tanpa noda dari dirinya
sendiri, maka Ia dilahirkan daripadanya tanpa meninggalkan noda.[27]
ü St. Severus (538): “Ia
[Maria] …sama seperti kita, meskipun ia murni dari segala noda, dan ia tanpa
noda.”[28].
ü St. Germanus dari
Konstantinopel (733), mengajarkan tentang Maria sebagai yang “benar- benar
terpilih, dan di atas semua, … melampaui di atas semua dalam hal kebesaran dan
kemurnian kebajikan ilahi, tidak tercemar dengan dosa apapun.”[29]
Para Bapa Gereja juga
mengajarkan bahwa selain Maria tidak berdosa, ia juga tetap perawan
seumur hidupnya, baik sebelum, pada saat, dan setelah melahirkan Kristus.
Demikian tulisan mereka:
o
St. Ignatius dari Antiokhia (meninggal tahun 110), Origen (233), Hilarius
dari Poiters (m. 367) dan St.Gregorius Nissa (m.
394), mengajarkan tentang keperawanan Bunda Maria.[30]
o
Tertullian (213), “Dan sungguh, ada seorang perawan… yang melahirkan
Kristus, supaya semua gelar kekudusan dapat dipenuhi di dalam diri orang tua
Kristus, melalui seorang ibu yang adalah perawan dan istri dari satu orang
suami.”[31]
o
St. Epifanus (374): Allah Putera …. telah lahir sempurna dari Maria
yang suci dan tetap Perawan oleh Roh Kudus….”[33]
o
St. Jerome (347- 420) tidak hanya menyebutkan keperawanan Maria,
tetapi juga keperawanan Yusuf.[34]
o
St. Agustinus dan St. Ambrosius (415),
mengajarkan keperawanan Maria sebelum, pada saat dan sesudah melahirkan Yesus
Kristus, sehingga Maria adalah perawan selamanya.[35]
“Dengan kuasa Roh
Kudus yang sama, Yesus lahir tanpa merusak keperawanan Bunda Maria, seperti
halnya setelah kebangkitan-Nya, Dia dapat datang ke dalam ruang tempat para
murid-Nya berdoa, tanpa merusak semua pintu yang terkunci (Lih. Yoh 20:26).”[36] Roh Kudus yang membangkitkan Yesus dari
mati adalah Roh Kudus yang sama yang membentuk Yesus dalam rahim Bunda Maria.
Maka kelahiran Yesus dan kebangkitan-Nya merupakan peristiwa yang ajaib:
kelahirannya tidak merusak keperawanan Maria, seperti kebangkitan-Nya tidak
merusak pintu yang terkunci.
Selanjutnya, St. Agustinus
mengajarkan, “It is not right that He who came to heal corruption should by
His advent violate integrity.” (Adalah tidak mungkin bahwa Ia yang datang
untuk menyembuhkan korupsi/kerusakan, malah merusak keutuhan pada awal
kedatangan-Nya.”[37]
o
St. Petrus Kristologus (406- 450): “Sang Perawan mengandung, Sang Perawan
melahirkan anaknya, dan ia tetap perawan”[38]. Paus
St. Leo Agung (440-461) :“a Virgin conceived, a Virgin bare and a
Virgin she remained.- [Ia adalah seorang Perawan yang mengandung, Perawan
melahirkan, dan ia tetap Perawan.”[39]. St. Yohanes Damaskinus (676-
749) juga mengatakan hal yang serupa: “Ia yang tetap Perawan, bahkan tetap
perawan setelah kelahiran [Kristus] tak pernah sampai akhir hidupnya
berhubungan dengan seorang pria… Sebab meskipun dikatakan Ia [Kristus] sebagai
yang ‘sulung’…. arti kata ‘sulung’ adalah ia yang lahir pertama kali, dan tidak
menunjuk kepada kelahiran anak- anak berikutnya.”[40]
2)
Pengajaran Magisterium Gereja: Maria disucikan dan tetap
perawan seumur hidupnya
Atas perannya sebagai
Bunda Allah dan Hawa yang baru, Bunda Maria dipersiapkan Allah, sebagai
berikut:
1)
Maria dikandung tanpa noda, dibebaskan dari dosa asal (De
fide) ((lih. Dr. Ludwig Ott, Fundamentals of Catholic Dogma, ed.
James Canon Bastible, D.D, (Rockford, Illinois: TAN books and publishers, Inc.
1974) p.203)).
Pembebasan dari dosa
ini adalah persyaratan yang layak bagi seorang perempuan dan keturunannya, yang
akan melawan Iblis (lih. Kej 3:15). Bagaimanakah sang perempuan itu dapat
melawan Iblis, jika ia sendiri telah jatuh ke dalam perangkap Iblis itu?
Maka pada tanggal 8
Desember 1854, Paus Pius IX dalam Bulla, “Ineffabilis Deus” mengajarkan
doktrin untuk diimani oleh semua umat beriman:
“Dengan rahmat yang
unik dan hak istimewa yang diberikan oleh Tuhan yang Maha Besar, oleh jasa
Yesus Kristus Sang Penebus umat manusia, Perawan Maria yang tersuci pada saat
konsepsinya, dibebaskan dari segala noda dosa asal.” (D 1641)
2)
Sejak di kandungan, Maria dibebaskan dari concupiscence /kecenderungan
berbuat dosa (Sententia communis).
Walaupun hal ini bukan
merupakan pengajaran de fide, namun para teolog secara umum
mengajarkan demikian berdasarkan ajaran St. Thomas Aquinas dalam ST III q. 27,
a.3.
3)
Akibat dari rahmat yang istimewa dari Tuhan, Maria dibebaskan
dari setiap dosa sepanjang hidupnya (Sententia fidei proxima). Konsili
Trente (1545-1563) mengajarkan:
“Tidak ada orang yang
benar dapat untuk sepanjang hidupnya menghindari semua dosa, bahkan dosa- dosa
ringan, kecuali atas dasar hak istimewa dari Tuhan, yang diyakini Gereja
diberikan kepada Perawan Maria yang terberkati.” (D 833)
Paus Pius XII dalam
surat ensikliknya, Mystici Corporis, tentang Perawan dan Bunda
Tuhan, bahwa: “Ia tidak berdosa, baik dosa pribadi maupun dosa asal yang
diturunkan.”
4)
Maria adalah Perawan, sebelum pada saat dan sesudah
kelahiran Yesus Kristus (De fide).
Konsili Konstantinopel
II (553) menyebutkan Bunda Maria sebagai, “kudus, mulia, dan
tetap-Perawan Maria”.[41]
Konsili ini merangkum
ajaran-ajaran penting sehubungan dengan ajaran bahwa Yesus, adalah sungguh
Allah dan sungguh manusia. Termasuk dalam ajaran ini adalah tentang keperawanan
Maria.
Selanjutnya, pemahaman
tentang Maria dikuduskan Allah diperoleh dengan memahami perbandingannya dengan
Tabut Perjanjian di PL. Jika Tabut Perjanjian Lama saja begitu dikuduskan
Allah, betapa Allah akan lebih lagi secara istimewa menguduskan Maria, Tabut
Perjanjian Baru, yang mengandung dan melahirkan Kristus, Sang Sabda yang telah
menjadi daging, Sang Roti Hidup dan Sang Imam Agung. Sinode Lateran (649) di
bawah Paus Martin I mengatakan:
“Ia [Maria] mengandung
tanpa benih laki-laki, [melainkan]dari Roh Kudus, melahirkan tanpa merusak
keperawanannya, dan keperawanannya tetap tidak terganggu setelah melahirkan.”
(D256)
Keperawanan Maria
termasuk 1) keperawanan hati, 2) kemerdekaan dari hasrat seksual yang tak
teratur dan 3) integritas fisik. Namun doktrin Gereja secara prinsip mengacu
kepada keperawanan tubuh/ fisik Maria.[42]
5)
Maria mengandung dari Roh Kudus, tanpa campur tangan
manusia (De fide)
Ini sesuai dengan
kabar gembira yang disampaikan oleh malaikat Gabriel (lih. Luk 1: 35). Maria
mengandung dari Roh Kudus dinyatakan dalam Syahadat Aku Percaya, “Qui
conceptus est de Spiritu Sancto.” (D 86, 256,993)
6)
Maria melahirkan Putera-Nya tanpa merusak keperawanannya (De
fide)
Keperawanan Maria pada
saat melahirkan Yesus termasuk dalam gelar, “tetap perawan” yang diberikan
kepada Maria oleh Konsili Konstantinopel (553) (D214, 218, 227). Doktrin ini
diajarkan oleh Paus Leo I dalam Epistola Dogmatica ad Flavianum (Ep
28,2), disetujui oleh Konsili di Kalsedon, dan diajarkan dalam Sinode Lateran
(649). Prinsipnya adalah ajaran dari St. Agustinus (Enchiridion 34)
yang mengajarkan dengan analogi- Yesus keluar dari kubur tanpa merusaknya, Ia
masuk ke dalam ruangan terkunci tanpa membukanya, menembusnya sinar matahari
dari gelas, lahirnya Sabda dari pangkuan Allah Bapa, keluarnya pikiran manusia
dari jiwanya.
7)
Setelah melahirkan Yesus, Maria tetap perawan (De fide).
Konsili Konstantinopel
(553) dan Sinode Lateran menyebutkan gelar “tetap perawan”(D 214, 218, 227).
St. Agustinus dan para Bapa Gereja mengartikan ayat yang disampaikan oleh Bunda
Maria, “karena aku tidak bersuami (I know not man)” (Luk 1:34) (Douay
Rheims Bible) adalah suatu ungkapan kaul Bunda Maria untuk hidup selibat
sepanjang hidupnya.
8)
Konsili Vatikan II mengajarkan demikian:
“Kitab-kitab
Perjanjian Lama maupun Baru, begitu pula Tradisi yang terhormat, memperlihatkan
peran Bunda Penyelamat dalam tata keselamatan dengan cara yang semakin jelas …
Dalam terang itu ia [Maria] sudah dibayangkan secara profetis dalam janji yang
diberikan kepada leluhur pertama [Adam dan Hawa] yang jatuh berdosa. Ia adalah
Perawan yang mengandung dan melahirkan seorang Anak laki- laki, yang akan
diberi nama Imanuel (lih. Yes 7:14; bdk. Mi 5:2-3; Mat 1:22-23).” (Lumen
Gentium 55)
Adapun Bapa yang penuh
belaskasihan menghendaki, supaya penjelmaan Sabda didahului oleh persetujuan
dari pihak dia, yang telah ditetapkan menjadi Bunda-Nya. Dengan demikian,
seperti dahulu seorang wanita mendatangkan maut, maka kini seorang wanitalah
yang mendatangkan kehidupan. Itu secara amat istimewa berlaku tentang Bunda
Yesus, yang telah melimpahkan kepada dunia Hidup sendiri yang membaharui
segalanya, dan yang oleh Allah danugerahkan kurnia-kurnia yang layak bagi tugas
seluhur itu. Maka mengherankan juga, bahwa di antara para Bapa suci menjadi
lazim untuk menyebut Bunda Allah suci seutuhnya dan tidak terkena oleh
cemar dosa manapun juga, bagaikan makhluk yang diciptakan dan dibentuk baru
oleh Roh Kudus…” (Lumen Gentium 56)
3)
Bunda Maria menjalankan perannya sebagai Bunda Allah dan
bekerjasama dalam rencana keselamatan Allah.
Dengan menyatakan
kesediaannya untuk mengandung dan melahirkan Anak Allah, Bunda Maria
bekerjasama dengan Allah dalam rencana keselamatan-Nya. Namun sebelum
mengandung Kristus, sesungguhnya ia telah terlebih dahulu mengandung Dia di
dalam hatinya. Selanjutnya, Bunda Maria tidak hanya mengandung dan melahirkan
Tuhan Yesus, namun ia juga membesarkan-Nya, menghantar orang lain kepada-Nya,
dan dengan setia menyertai-Nya sampai di bawah kaki salib-Nya.
·
Dasar Kitab Suci: kerjasama Maria dalam rencana keselamatan
Allah
a.
Lukas 1:38: Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah
padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia.
Ayat ini menunjukkan
kesediaan Maria untuk bekerjasama dengan rencana keselamatan Allah.
b.
Lukas 2:51: Lalu Ia [Yesus] pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia
tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di
dalam hatinya.
Ayat ini menunjukkan
tentang keterlibatan Maria [dan Yusuf]dalam mengasuh dan membesarkan Tuhan Yesus.
c.
Yohanes 2:3,5: Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya:
“Mereka kehabisan anggur.”…. Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan:
“Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!”
Ayat ini menunjukkan
kepedulian Maria akan kebutuhan sesama dan membawa kebutuhan tersebut agar
menjadi perhatian Yesus. Selanjutnya Maria menunjukkan agar manusia taat kepada
Kristus Puteranya.
d.
Markus 3:33-35; Matius 12:46-50; Lukas 8:19-21: Jawab Yesus kepada
mereka: “Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?” …. “Ini ibu-Ku dan
saudara-saudara-Ku! Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku
laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.”
Ayat ini menunjukkan
bahwa Yesus memuji Maria, pertama- tama sebagai orang yang melakukan kehendak
Allah, maka ia dipilih Allah untuk menjadi ibu-Nya.
e.
Yohanes 19:25: Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya,
Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena.
Ayat ini menunjukkan
kesetiaan Maria menyertai Yesus sampai di kaki salib-Nya.
f.
Kejadian 18:22-26, membicarakan tentang perantaraan/ kerja sama Abraham Keluaran
32:30-32, membicarakan tentang perantaraan Nabi Musa yang memohon atas nama
bangsa Israel. Jika para nabi ini dapat dipakai Allah untuk menjadi pengantara,
maka tidak terkecuali Bunda Maria, yang adalah Ibu Tuhan Yesus sendiri.
g.
1 Korintus 3:9: “Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang
Allah, bangunan Allah.” Jika para rasul adalah kawan sekerja Allah, apalagi
Maria ibu Yesus sendiri.
h.
1 Timotius 2:5;Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara
Allah dan manusia, yaitu Kristus Yesus; Kolose 1:24: “Sekarang aku
bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam
dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu
jemaat.” Ayat- ayat ini menunjukkan bahwa Pengantaraan Kristus yang satu-
satunya itu melibatkan juga pengantaraan anggota- anggota tubuh-Nya yang lain
(secara khusus adalah ibu-Nya sendiri), demi menghantar keseluruhan tubuh kepada
keselamatan kekal.
·
Dasar Tradisi Suci: kerjasama Maria dalam rencana
keselamatan Allah
Berikut ini adalah
pengajaran para Bapa Gereja yang menyebutkan Bunda Maria sebagai Hawa
yang baru, yang bekerjasama dengan Kristus sebagai Adam yang baru, untuk mendatangkan
keselamatan bagi dunia. Maria bekerjasama dengan Kristus, dan mendukung
Pengantaraan Kristus dengan doa- doa syafaatnya bagi umat beriman:
- St. Yustinus Martir (155) membandingkan Hawa
dengan Bunda Maria. “Sebab Hawa yang perawan tak bernoda, percaya kepada
perkataan sang ular, [sehingga]membawa ketidaktaatan dan maut. Sedangkan
Perawan Maria menerima dengan iman dan suka cita ketika malaikat Gabriel
memberikan kabar gembira bahwa Roh Kudus akan turun atasnya dan kuasa
Allah yang Maha Tinggi akan menaungi dia, dan karena itu Putera yang
dilahirkannya adalah Putera Allah…[43]
- St. Irenaeus (180): “Ikatan
ketidaktaatan Hawa dilepaskan oleh ketaatan Maria. Apa yang terikat oleh
ketidakpercayaan Hawa dilepaskan oleh iman Maria.”[44]
“Sebab seperti Hawa
telah terpedaya oleh perkataan malaikat [fallen angel] untuk melarikan
diri dari Tuhan, maka Maria dengan perkataan malaikat menerima kabar gembira
bahwa ia akan melahirkan Tuhan dengan menaati Sabda-Nya. [Perempuan] yang
pertama terpedaya untuk tidak menaati Tuhan, tetapi [perempuan]yang kemudian
terdorong untuk menaati Tuhan, sehingga Perawan Maria dapat menjadi pembela
bagi perawan Hawa. Seperti umat manusia ditundukkan kepada kematian melalui
[tindakan]seorang perawan, demikianlah umat manusia diselamatkan oleh seorang
perawan.”[45]
- Tertullian (212): “Sebab ketika
Hawa masih perawan, perkataan yang sesat merasuki telinganya sehingga
membangun kematian. Dengan cara serupa, ke dalam jiwa seorang perawan,
haruslah diperkenalkan Sabda Allah yang membangkitkan kehidupan; sehingga
apa yang telah dihancurkan oleh jenis kelamin ini, dapat, oleh jenis
kelamin yang sama, dipulihkan menuju keselamatan…[46].
- St. Ambrosius (397): “Kejahatan
didatangkan oleh perempuan (Hawa), maka kebaikan juga harus didatangkan
oleh Perempuan (Maria); sebab oleh karena Hawa kita jatuh, namun karena
Maria kita berdiri; karena Hawa kita menjadi budak dosa, namun oleh Maria
kita dibebaskan…. Hawa menyebabkan kita dihukum oleh buah pohon (pohon
pengetahuan), sedangkan Maria membawa kepada kita pengampunan dengan
rahmat dari Pohon yang lain (yaitu Salib Yesus), sebab Kristus tergantung
di Pohon itu seperti Buahnya…” [47].
- St. Agustinus (416): ”Kita dilahirkan
ke dunia oleh karena Hawa, dan diangkat ke surga oleh karena Maria.”[48].
- St. Germanus dari Konstantinopel (733):
“Tak seorangpun mencapai keselamatan tanpa melalui engkau, …O yang
terkudus. Tak seorangpun menerima karunia rahmat tanpa melalui engkau …O
yang termurni.[49]
“Maria, yang tetap
Perawan… mediatrix/ pengantara pertama- tama melalui kelahiran yang ilahi
[inkarnasi Yesus]dan kini karena doa syafaat bantuan keibuannya– dimahkotai
dengan berkat yang tidak pernah berakhir ….[50]
- St. Yohanes Damaskinus (749): “Hari ini kami
tetap di dekatmu, O Bunda Allah dan Perawan. Kami mengikatkan jiwa kami
kepada pengharapanmu, seperti kepada jangkar yang paling teguh dan tak
terpatahkan, menyerahkan kepadamu, pikiran, jiwa, tubuh dan keseluruhan
diri kami dan menghormatimu, sebanyak mungkin, dengan mazmur, lagu pujian
dan lagu rohani.”[51]
- St. Ambrose Autpert (778): “Mari
mempercayakan diri kita dengan segala kasih jiwa kita kepada perantaraan
Bunda Maria: mari kita, dengan seluruh kekuatan kita memohon
perlindungannya, agar, ketika di dunia kita mengelilinginya dengan
penghormatan, ia di surga akan berkenan mendukung kita dengan doa- doanya
yang khusuk…”[52]
·
Pengajaran Magisterium Gereja: kerjasama Maria dalam
rencana keselamatan Allah
- Maria adalah Mediatrix/ Pengantara semua rahmat,
dengan kerjasamanya di dalam Inkarnasi/ Mediatio in universali (Sententia
certa).
Gelar Maria sebagai
Co-redemptrix seperti yang muncul di dalam dokumen Gereja di bawah pimpinan
Paus Pius X tidak untuk diartikan bahwa tindakan Maria setara dengan tindakan
Kristus untuk menebus dunia, sebab hanya Kristus satu- satunya Pengantara (1
Tim 2:5). Bunda Maria sendiri membutuhkan Penebusan Kristus, sebab oleh jasa
Kristuslah ia dibebaskan dari noda dosa. Kerjasamanya dalam penebusan Kristus
adalah secara tidak langsung, yaitu dengan mempersembahkan seluruh hidupnya
untuk melayani Sang Penebus, dan di bawah salib Kristus, Maria turut menderita,
dan berkorban bersama Kristus.
Konsili Vatikan II (1965)
mengajarkan:
“Dengan sepenuh hati
yang tak terhambat oleh dosa mana pun ia [Maria] memeluk
kehendak Allah yang menyelamatkan, dan membaktikan diri seutuhnya sebagai hamba
Tuhan kepada pribadi serta karya Putera-Nya, untuk di bawah Dia dan beserta
Dia, berkat rahmat Allah yang mahakuasa, mengabdikan diri kepada misteri
penebusan. Maka memang tepatlah pandangan para Bapa suci, bahwa Maria tidak
secara pasif belaka digunakan oleh Allah, melainkan bekerja sama dengan
penyelamatan umat manusia dengan iman serta kepatuhannya yang bebas.
Sebab, seperti dikatakan oleh S. Ireneus, “dengan taat Maria menyebabkan
keselamatan bagi dirinya maupun bagi segenap umat manusia”. Maka tidak
sedikitlah para Bapa zaman kuno, yang dalam pewartaan mereka dengan rela hati
meyatakan bersama Ireneus: “Ikatan yang disebabkan oleh ketidak-taatan Hawa
telah diuraikan karena ketaan Maria; apa yang diikat oleh perawan Hawa
karena ia tidak percaya, telah dilepaskan oleh perawan Maria karena imannya”
Sambil membandingkannya dengan Hawa, mereka menyebut Maria “bunda mereka yang
hidup”. Sering pula mereka menyatakan: “maut melalui Hawa, hidup melalui
Maria” (Lumen Gentium 56).
“Berdasarkan rencana
penyelenggaraan ilahi ia di dunia ini menjadi Bunda Penebus ilahi yang
mulia, secara sangat istimewa mendampingi-Nya dengan murah
hati, dan menjadi Hamba Tuhan yang rendah hati. Dengan mengandung Kristus,
melahirkan-Nya, membesarkan-Nya, menghadapkan-Nya kepada Bapa di kenisah, serta
dengan ikut menderita bengan Puteranya yang wafat di kayu salib, ia secara
sungguh istimewa bekerja sama dengan karya juru selamat, dengan
ketaatannya, iman, pengharapan serta cinta kasihnya yang berkobar, untuk
membaharui hidup adikodrati jiwa-jiwa. Oleh karena itu dalam tata rahmat ia
menjadi Bunda kita.” (Lumen Gentium 61).
Selain mengajarkan
bahwa Maria adalah Hawa Baru, para Bapa Gereja juga mengajarkan bahwa Maria
adalah pengantara segala rahmat:
St. Bernardus seperti
dikutip oleh St. Pius X (1903-1914): “Kristus adalah Sang sumber…. Namun demikian,
seperti diajarkan oleh St. Bernard, Maria adalah salurannya, atau ia adalah
leher yang menghubungkan Tubuh dengan Kepalanya dan yang menyalurkan kuasa dan
kekuatan dari Kepala kepada Tubuh. Sebab ia [Maria] adalah leher dari Kepala
kita, yang melaluinya semua karunia- karunia rohani diteruskan dari
KepalaNya.”[53].
- Maria adalah Mediatrix/ Pengantara semua rahmat,
dengan doa syafaatnya di Surga/ Mediatio in speciali (Sententia pia et
probabilis).
Walaupun belum didefinisikan
secara de fide, namun Maria sebagai pengantara segala rahmat telah diajarkan
oleh banyak Paus:
Paus Leo XIII
(1891), “Dari semua harta rahmat yang telah diberikan Allah, tak ada yang
menurut kehendak Tuhan, datang kepada kita kecuali melalui Maria…” (Octobri
mense)- D 1940
Paus Pius X (1903):
Maria adalah “pembagi (dispenser) semua rahmat, yang telah diperoleh dari
Kristus bagi kita oleh kematian dan darah-Nya (D 1978).
Paus Benedict XV
(1919), “Semua karunia … diberikan melalui tangan Bunda Maria” (AAS 9, 1917,
266), Maria adalah, “mediatrix semua rahmat.” (AAS 11, 1919, 227)
Paus Pius XI (1937),
mengutip St. Bernard, “Adalah kehendak Tuhan bahwa kita menerima segala sesuatu
melalui Bunda Maria.” (Ingravescentibus malis, AAS 29, 1937, 373)
E.
Konsili Vatikan II mengajarkan:
“Keibuan Maria dalam
tatanan rahmat ini dimulai dengan persetujuannya yang ia berikan di dalam iman
pada saat anunsiasi (saat menerima kabar gembira dari malaikat) dan yang dipertahankannya
tanpa goyah di kaki salib-Nya, dan berakhir sampai penggenapan kekal dari semua
orang terpilih. Setelah diangkat ke surga , ia tidak mengesampingkan tugas
penyelamatan, tetapi dengan dosa syafaatnya yang tak terputus,
terus menerus membawa bagi kita karunia- karunia keselamatan kekal. Dengan
cinta kasih keibuannya ia memperhatikan saudara-saudara Puteranya, yang masih
dalam peziarahan dan menghadapi bahaya-bahaya serta kesukaran-kesukaran, sampai
mereka mencapai tanah air surgawi yang penuh kebahagiaan. Oleh karena itu dalam
Gereja Santa Perawan disapa dengan gelar Pembela, Pembantu, Penolong,
Perantara. Akan tetapi itu diartikan sedemikian rupa, sehingga tidak
mengurangi pun tidak menambah martabat serta dayaguna Kristus satu-satunya
Pengantara.” (Lumen Gentium 62)
- Buah yang diterima Bunda Maria
setelah menunaikan tugasnya sebagai Bunda Allah
Peran Bunda Maria
sebagai Bunda Allah memberikan buah yang membahagiakan, walaupun tak lepas juga
dari penderitaan yang harus ditempuhnya demi kesatuannya dengan Kristus
Putera-Nya. Persekutuan yang sempurna antara Bunda Maria dengan Kristus inilah
yang membuatnya menjadi kudus, yang paling berbahagia di antara segala yang
diciptakan, dan hal ini sudah dinubuatkan dalam Kitab Suci. Bunda Maria yang dikandung
tanpa noda, dan hidup tanpa dosa, kemudian diangkat ke surga oleh Kristus di
akhir hidupnya, dan kini dimuliakan di Surga bersama Kristus. Namun bagi kita
umat Katolik, hal penghargaan kepada Bunda Maria ini sesungguhnya bukan semata
berpusat kepada Maria. Sebab, segala yang terjadi di dalam kehidupan Maria oleh
karena rahmat kasih karunia Tuhan merupakan penggenapan janji Allah, yang bukan
hanya diperuntukkan bagi Bunda Maria saja, tetapi juga bagi kita semua sebagai
anggota Gereja-Nya, pada waktu yang ditentukan oleh Allah.
Dengan demikian secara
garis besar, buah yang diterima oleh Bunda Maria dari perannya sebagai Bunda
Allah adalah: a) persatuannya yang sempurna dengan Kristus, yang membuahkan
kemiripannya dengan Kristus; b) Maria dimuliakan oleh Kristus, diangkat ke
surga dan menjadi ratu Surga; c) Maria menjadi Bunda Gereja, ibu bagi para
orang percaya.
- Dasar dari Kitab Suci: hal- hal
yang diterima Maria setelah menunaikan tugasnya
a.
Mazmur 132:8: “Bangunlah, ya TUHAN, dan pergilah ke tempat perhentian-Mu,
Engkau serta tabut kekuatan-Mu!”. Maria sebagai Tabut Perjanjian Baru yang
mengandung Kristus akan selalu bersama-Nya. Jika Henokh dan nabi Elia dapat
diangkat ke surga (lih. Kej 5:24, Ibr 11:5. 2 Raj 1:11-12, 1 Mak 2:58) maka
terlebih lagi Kristus dapat melakukan hal itu terhadap Ibu-Nya.
b.
Lukas 1:48-49: “Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan
menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan
perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus.” Peran Maria
sebagai Bunda Allah akan menjadikannya dihormati oleh semua orang sepanjang
jaman.
c.
Lukas 2: 35: Lalu Simeon berkata kepada Maria….” dan suatu pedang akan
menembus jiwamu sendiri, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.” Namun
Sebagai Bunda Allah, suka citanya tidak terlepas juga dari persatuannya dengan
Kristus dalam perderitaan-Nya.
d.
Yohanes 19:25-27: Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya,
Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan
murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu,
inilah, anakmu!” Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Inilah ibumu!” Dan
sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya. Tuhan Yesus memberikan
Ibu-Nya kepada kita murid- murid yang dikasihi-Nya agar menjadi ibu mereka
juga.
e.
Yakobus 1:12: “Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab
apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan
Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.” Mahkota kehidupan ini juga
disebutkan oleh Rasul Petrus dan Yohanes (1 Pet 5:4; Why 2:10). Mahkota
kehidupan inilah yang dijanjikan oleh Tuhan Yesus kepada umat beriman yang
setia sampai mati (Why 2:10). Maria yang telah membuktikan ketaatan imannya sampai
akhir, telah menerima mahkota kehidupan itu.
f.
Wahyu 12:1: Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan
berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari
dua belas bintang di atas kepalanya.
“Perempuan” yang disebutkan di sini mengacu kepada “perempuan” yang disebutkan pada Kej 3:15 dan Yoh 2:4; 19:26. Seperti halnya Hawa adalah ibu dari segala yang ciptaan yang lama, Maria adalah ibu dari segala mahluk ciptaan yang baru.
“Perempuan” yang disebutkan di sini mengacu kepada “perempuan” yang disebutkan pada Kej 3:15 dan Yoh 2:4; 19:26. Seperti halnya Hawa adalah ibu dari segala yang ciptaan yang lama, Maria adalah ibu dari segala mahluk ciptaan yang baru.
g.
Wahyu 12:17: Maka marahlah naga itu kepada perempuan itu, lalu pergi
memerangi keturunannya yang lain, yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki
kesaksian Yesus.
h.
1 Raja-raja 2: 17-20; Mazmur 45:9, Ratu pada jaman
Kerajaan Salomo (anak Daud) bukanlah istri Raja, namun ibunya, yaitu Batsyeba.
Ratu Batsyeba mempunyai kedudukan yang penting dalam Kerajaan Salomo, dan ia
duduk di sebelah kanan Raja. Bunda Maria adalah Ibu Yesus, Sang Raja keturunan
Daud yang dijanjikan Allah. Maka Bunda Maria juga menempati kedudukan istimewa
di samping Kristus sang Raja (lih. Neh 2:6).
- Dasar Tradisi
Suci: hal-hal yang diterima Maria setelah menunaikan tugasnya
1. Persatuan Maria
dengan Kristus
a. Paus
Yohanes Paulus II mengajarkan demikian[54]:
“Maria menjaga
kesatuannya dengan Putera-Nya bahkan sampai di kayu salib-Nya dengan iman yang
sama saat ia menerima kabar gembira dari malaikat. Pada saat itu ia juga
mendengar perkataan: “Ia akan menjadi besar …. dan akan disebut Anak Allah yang
Maha Tinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa
leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja… sampai selama-lamanya dan kerajaan-Nya
tidak akan berkesudahan.” (Luk 1:32-33).
Dan kini, berdiri di
kaki salib itu, Maria menjadi saksi, dari sisi pandangan manusia, penyangkalan
total dari perkataan ini. Betapa besar, betapa heroik, ketaatan iman yang
ditunjukkan Maria dalam menghadapi kebijaksanaan Tuhan yang tak terselidiki!
Betapa totalnya ia “memasrahkan dirinya kepada Tuhan” tanpa ada yang ditahan,
mempersembahkan “kepatuhan akalbudi serta kehendak yang sepenuhnya” kepada
Allah yang “jalan- jalan-Nya tak terselidiki” (Rom 11:33)!…
Dengan iman ini Maria
bersatu secara sempurna dengan Kristus dalam pengosongan diri-Nya. Sebab Kristus Yesus,
yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu
sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya
sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia,”
dan tepatnya di Golgota, “Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati,
bahkan sampai mati di kayu salib.” (lih. Flp 2:5-8). Pada kaki salib itu, Maria
mengambil bagian melalui iman, misteri pengosongan diri yang mencengangkan ini.
Ini mungkin merupakan “kenosis” iman yang terdalam di dalam sejarah
manusia. Melalui iman, Bunda mengambil bagian di dalam kematian Putera-nya yang
menyelamatkan; tetapi berbeda dengan iman para rasul yang melarikan diri,
imannya jauh lebih terang. Di Golgota, Yesus melalui Salib-Nya jelas meneguhkan
bahwa ia menjadi “tanda yang menimbulkan perbantahan” seperti yang dinubuatkan
oleh Simeon. Pada saat yang sama, juga di Golgota tergenapi nubuat Simeon atas
Maria, “dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri juga”.[55]
b. Persatuan Yesus dan
Bunda Maria terjadi tidak saja pada saat mereka hidup di dunia, namun juga
dalam kematiannya, dan seterusnya dalam kehidupan kekal. Origen[56],
St. Ephrem[57], St.
Jerome[58],
St. Agustinus[59]
menyebutkan tentang kenyataan tentang kematian Bunda Maria secara sekilas.
Namun St. Epiphanus yang menyelidiki tentang kehidupan Bunda Maria mengatakan
demikian, “Tidak ada yang tahu bagaimana ia berangkat pergi dari dunia ini.”
Namun pada umumnya para Bapa Gereja dan Teolog menerima bahwa Maria,
sepertihalnya Tuhan Yesus, juga mengalami kematian; dan hal ini juga ditegaskan
dalam liturgi Gereja.
2. Maria diangkat ke
surga
Pseudo- St. Melito (300):
Oleh karena itu, jika
hal itu berada dalam kuasaMu, adalah nampak benar bagi kami pelayan-
pelayan-Mu, bahwa seperti Engkau yang telah mengatasi maut, bangkit dengan
mulia, maka Engkau seharusnya mengangkat tubuh Bundamu dan membawanya
dengan-Mu, dengan suka cita ke dalam surga. Lalu kata Sang Penyelamat [Yesus]:
“Jadilah seperti perkataanmu”.[60]
Timotius dari
Yerusalem (400)
Oleh karena itu Sang
Perawan [Maria] tidak mati sampai saat ini, melihat bahwa Ia yang pernah
tinggal di dalamnya memindahkannya ke tempat pengangkatannya.[61]
Yohanes Sang Theolog (400)
Tuhan berkata kepada
Ibu-Nya, “Biarlah hatimu bersuka dan bergembira. Sebab setiap rahmat dan
karunia telah diberikan kepadamu dari Bapa-Ku di Surga dan dari-Ku dan dari Roh
Kudus. Setiap jiwa yang memanggil namamu tidak akan dipermalukan, tetapi akan
menemukan belas kasihan dan ketenangan dan dukungan dan kepercayaan diri, baik
di dunia sekarang ini dan di dunia yang akan datang, di dalam kehadiran Bapa-Ku
di Surga”… Dan dari saat itu semua mengetahui bahwa tubuh yang tak bercacat dan
yang berharga itu telah dipindahkan ke surga[62]
St. Gregorius dari
Tours (575)
Para Rasul mengambil
tubuhnya [jenazah Maria]dari peti penyangganya dan menempatkannya di sebuah
kubur, dan mereka menjaganya, mengharapkan Tuhan [Yesus] agar datang. Dan
lihatlah, Tuhan datang kembali di hadapan mereka; dan setelah menerima tubuh
itu, Ia memerintahkan agar tubuh itu diangkat di awan ke surga: di mana
sekarang tergabung dengan jiwanya, [Maria] bersukacita dengan para terpilih
Tuhan …[63]
Theoteknos dari Livias (600)
Adalah layak … bahwa
tubuh Bunda Maria yang tersuci, tubuh yang melahirkan Tuhan, yang menerima
Tuhan, menjadi ilahi, tidak rusak, diterangi oleh rahmat ilahi dan kemuliaan
yang penuh …. agar hidup di dunia untuk sementara dan diangkat ke surga dengan
kemuliaan, dengan jiwanya yang menyenangkan Tuhan.[64]
Modestus dari Yerusalem
(sebelum 634)
Sebagai Bunda Kristus
yang termulia… telah menerima kehidupan dari Dia [Kristus], ia telah menerima
kekekalan tubuh yang tidak rusak, bersama dengan Dia yang telah mengangkatnya
dari kubur dan mengangkatnya kepada Diri-Nya dengan cara yang hanya diketahui
oleh-Nya.[65]
Uskup Theoteknos dari
Livias (650)
Adalah layak …. bahwa
tubuh Maria yang tersuci, tubuh yang mengandung Tuhan, tempat kediaman Tuhan,
yang dijadikan ilahi, tidak rusak, [namun]diterangi oleh rahmat ilahi dan
kemuliaan yang penuh…. dititipkan sejenak di dunia dan kemudian diangkat ke
surga dengan mulia, dengan jiwanya menyenangkan Tuhan.[66]
St. Germanus dari Konstantinopel
(683)
Engkau adalah ia, ….
yang nampak dalam kecantikan, dan tubuhmu yang perawan adalah semuanya kudus,
murni, keseluruhannya adalah tempat tinggal Allah, sehingga karena itu
dibebaskan dari penguraian menjadi debu. Meskipun masih manusia, tubuhmu diubah
ke dalam kehidupan surgawi yang tidak dapat musnah, sungguh hidup dan mulia,
tidak rusak dan mengambil bagian dalam kehidupan yang sempurna.[67]
St. Yohanes Damaskinus (697)
Adalah layak bahwa ia,
yang tetap perawan pada saat melahirkan, tetap menjaga tubuhnya dari kerusakan
bahkan setelah kematiannya. Adalah layak bahwa dia, yang telah menggendong Sang
Pencipta sebagai anak di dadanya, dapat tinggal di dalam tabernakel ilahi.
Adalah layak bahwa mempelai, yang diambil Bapa kepada-Nya, dapat hidup dalam
istana ilahi. Adalah layak bahwa ia, yang telah memandang Putera-Nya di salib
dan yang telah menerima di dalam hatinya pedang duka cita yang tidak dialaminya
pada saat melahirkan-Nya, dapat memandang Dia saat Dia duduk di sisi Bapa.
Adalah layak bahwa Bunda Tuhan memiliki apa yang dimiliki oleh Putera-nya, dan
bahwa ia layak dihormati oleh setiap mahluk ciptaan sebagai Ibu dan hamba
Tuhan.[68].
Gregorian Sacramentary (795)
“Terhormat bagi kami,
O Tuhan, perayaan hari ini, yang memperingati Bunda Allah yang kudus yang
meninggal dunia untuk sementara waktu, namun tetap tidak dapat dijerat oleh
maut, yang telah melahirkan Putera-Mu, Tuhan kami yang menjelma dari dirinya.”[69]
Gallican Sacramentary (abad ke-8)
“Sebuah misteri yang
tak terlukiskan yang paling layak untuk dipuji seperti diangkatnya Perawan
Maria ke surga, adalah sesuatu yang unik di antara umat manusia.”[70]
Liturgi Byzantin (abad ke-8)
“Tuhan, Raja semesta
alam, telah memberikan rahmat yang melampaui kodrat. Seperti Ia telah
memelihara keperawananmu pada saat kelahiran-Nya, Ia menjaga tubuhmu agar tidak
rusak di kubur dan telah memuliakannya dengan perbuatan-Nya yang ilahi dengan
memindahkannya dari kubur.”[71]
3. Maria menjadi ibu
Gereja
Origen (244)
Putera Maria hanya Yesus sendiri; dan ketika Yesus berkata kepada Ibu-Nya, “Lihatlah, anakmu,” seolah Ia berkata, “Lihatlah orang ini adalah Yesus sendiri, yang engkau lahirkan.” Sebab setiap orang yang dibaptis, hidup tidak lagi dirinya sendiri, tetapi Kristus hidup di dalamnya. Dan karena Kristus hidup di dalamnya, perkataan kepada Maria ini berlaku baginya, “Lihatlah anakmu- Kristus yang diurapi.”[72]
Putera Maria hanya Yesus sendiri; dan ketika Yesus berkata kepada Ibu-Nya, “Lihatlah, anakmu,” seolah Ia berkata, “Lihatlah orang ini adalah Yesus sendiri, yang engkau lahirkan.” Sebab setiap orang yang dibaptis, hidup tidak lagi dirinya sendiri, tetapi Kristus hidup di dalamnya. Dan karena Kristus hidup di dalamnya, perkataan kepada Maria ini berlaku baginya, “Lihatlah anakmu- Kristus yang diurapi.”[72]
St. Ephrem dari Syria (306- 373)
“Kelahiran-Mu yang
ilahi, O Tuhan, melahirkan semua ciptaan;
Umat manusia dilahirkan kembali darinya [Maria], yang melahirkan Engkau.
Manusia melahirkan Engkau di dalam tubuh; Engkau melahirkan manusia di dalam roh…”[73]
Umat manusia dilahirkan kembali darinya [Maria], yang melahirkan Engkau.
Manusia melahirkan Engkau di dalam tubuh; Engkau melahirkan manusia di dalam roh…”[73]
St. Agustinus (416)
“Maria adalah sungguh
ibu dari anggota- anggota Kristus, yaitu kita semua. Sebab oleh karya kasihnya
umat manusia telah dilahirkan di Gereja, [yaitu]para umat beriman yang adalah
Tubuh dari Sang Kepala, yang telah dilahirkannya ketika Ia menjelma menjadi
manusia.”[74]
Paus Pius X (1903- 1914)
“Bukankah Maria adalah
Bunda Yesus? Oleh karena itu ia adalah bunda kita juga…. Maria yang mengandung
Sang Juruselamat dalam rahimnya, dapat dikatakan juga mengandung mereka yang
hidupnya terkadung di dalam hidup Sang Juruselamat. Karenanya, kita semua …
telah dilahirkan dari rahim Maria sebagai tubuh yang bersatu dengan kepalanya.
Oleh karena itu, dalam pengertian rohani dan mistik, kita disebut sebagai anak-
anak Maria, dan ia adalah Bunda kita semua.[75]
4. Maria menjadi
Mediatrix (perantara) dengan doa syafaatnya di Surga
St. Irenaeus (180):
“Sebab Hawa terpedaya
oleh perkataan malaikat [Iblis = fallen angel] untuk lari dari
Tuhan, memberontak melawan Sabda-Nya, namun Maria menerima dengan gembira
perkataan malaikat bahwa ia akan melahirkan Tuhan, dengan menaati Sabda-Nya.
Yang pertama terpedaya untuk tidak taat kepada Tuhan, sedangkan yang kedua
terpengaruh untuk menaati Tuhan, sehingga Perawan Maria dapat menjadi pembela
bagi perawan Hawa. Seperti umat manusia tunduk kepada kematian melalui tindakan
seorang perawan maka ia diselamatkan oleh seorang perawan.[76]
Sub Tuum Praesidium, dari Rylands Papyrus, Mesir, (abad ke 3):
“Di bawah belas
kasihanmu kami berlindung, O bunda Allah. Jangan menolak permohonan kami di
dalam kekurangan, tetapi bebaskan kami dari bahaya, (o engkau) satu- satunya
yang murni dan terberkati.”[77]
St. Gregory Nazianza (379)
“Ingatlah akan hal-
hal ini dan kesempatan- kesempatan yang lain dan mohonlah kepada Perawan Maria
untuk memberikan bantuan, sebab ia juga, adalah seorang perawan dan pernah
berada di dalam bahaya ….”[78]
St. Cyril dari
Alexandria (380)
“Salam kepadamu Maria,
Bunda Allah, kepadamu dibangun gereja- gereja jemaat sejati, di desa- desa dan
pulau- pulau.”[79]
St. Basil dari
Seleucia (459)
O Perawan yang kudus
…. Lihatlah kepada kami dan berbaik hatilah kepada kami. Pimpinlah kami di
dalam kedamaian … ke sisi kanan Putera-Mu…[80]
Theoteknos dari Livias (560)
“Diangkat ke surga, ia
tetap menjadi tempat pertahanan yang tak tergoyahkan bagi umat manusia,
[sebagai]pendoa syafaat bagi kita di hadapan Allah Putera.”[81]
St. Germanus dari
Konstantinopel (733)
“Maria tetap Perawan —
pertama- tama sebagai mediatrix (pengantara) melalui peristiwa melahirkan
[Kristus] yang supernatural, dan sekarang sebagai mediatrix karena bantuan
keibuannya melalui doa syafaat—[82]
St. Yohanes Damaskinus (749)
“Kini kami tetap di
dekatmu, … O Bunda Allah dan Perawan. Kami mengikatkan jiwa kami kepada
pengharapanmu, seperti kepada jangkar yang teguh dan tak terpatahkan,
menyerahkan kepadamu akal budi, jiwa, tubuh dan segalanya, untuk
menghormatimu…[83].
Ambrosius Autpert (778)
Marilah kita
mempercayakan diri kita dengan kasih jiwa kita kepada doa syafaat Perawan yang
terberkati: dengan segenap kekuatan kita, memohon perlindungannya agar, ketika
di dunia kita mengelilinginya dengan penghormatan, ia sendiri di surga dapat
berkenan mendukung kita dengan doa- doanya….[84]
- Pengajaran Magisterium
Gereja: hal-hal yang diterima Maria setelah menunaikan tugasnya[85]
1)
Maria meninggal dunia sementara/ a temporal death (Sententia.
communior).
Walaupun pengajaran
ini tidak bersifat de fide, namun banyak teolog memperkirakan bahwa
ia wafat sementara sebelum diangkat ke surga. (St. Augustine, in Ioan tr.8,
9) Bagi Maria yang tidak berdosa, kematian yang dialaminya bukan karena akibat
dosa asal ataupun dosa pribadi. Namun adalah layak bagi tubuh Maria, yang
secara kodrati bersifat mortal/ tidak abadi, harus sesuai dengan yang terjadi
pada tubuh Putera-Nya, yang juga tunduk kepada kematian. Dengan demikian Bunda
Maria mengalami apa yang juga dialami oleh Kristus.
2)
Maria diangkat tubuh dan jiwanya ke Surga (De fide)
Paus Pius XII dalam
Konstitusi Apostoliknya yaitu Munificentissimus Deus (dipromulgasikan
1 November 1950) mengajarkan:
“Maria, Bunda yang tak
bernoda dan tetap Perawan Bunda Allah, setelah selesai hidupnya di dunia,
diangkat tubuh dan jiwanya ke dalam kemuliaan surgawi.”
Di sini memang tidak
disebutkan apakah Bunda Maria wafat terlebih dahulu sebelum diangkat ke surga
atau ia diangkat tanpa mengalami kematian.
3)
Maria, Bunda Allah, dihormati secara khusus, dengan
istilah Hyperdulia (Sententia certa).
Penghormatan kepada
Maria disebabkan karena perannya sebagai Bunda Allah. Hal ini diajarkan oleh
St. Cyril dari Alexandria pada Konsili Efesus (431). Namun tentu saja
penghormatan ini harus dibedakan dengan penyembahan. St. Epiphanus (403) mengajarkan,
“Maria harus dihormati, tetapi Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus harus disembah.
Tak seorangpun boleh menyembah Maria.”[86].
Konsili Vatikan II
mengajarkan:
“Berkat rahmat Allah
Maria diangkat di bawah Puteranya, di atas semua malaikat dan manusia, sebagai
Bunda Allah yang tersuci, yang hadir pada misteri-misteri Kristus; dan tepatlah
bahwa ia dihormati oleh Gereja dengan penghormatan yang istimewa. Memang
sejak zaman kuno Santa Perawan dihormati dengan gelar “Bunda Allah”; dan dalam
perlindungannya umat beriman memperoleh perlindungan dari bahaya serta
kebutuhan mereka.” (Lumen Gentium 66)
4)
Maria adalah Mediatrix/ Pengantara semua rahmat, dengan doa
syafaatnya di Surga (Mediatio in speciali). Ini diperolehnya karena
persatuannya yang sempurna dengan Kristus.
Konsili Vatikan II
mengajarkan:
Setelah diangkat ke
surga , ia tidak mengesampingkan tugas penyelamatan, tetapi dengan doa
syafaatnya yang tak terputus, terus menerus membawa bagi kita karunia-
karunia keselamatan kekal…” (Lumen Gentium 62).
“Karena kurnia serta
peran keibuannya yang ilahi, yang menyatukannya dengan Puteranya Sang Penebus,
pun pula karena segala rahmat serta tugas-tugasnya, Santa Perawan juga erat
berhubungan dengan Gereja. Seperti telah diajarkan oleh St. Ambrosius, Bunda
Allah itu pola Gereja, yakni dalam hal iman, cinta kasih dan persatuan
sempurna dengan Kristus.” (Lumen Gentium 63)
5)
Maria dihormati di surga sebagai Ratu alam semesta
Konsili Vatikan II
mengajarkan:
“Akhirnya Perawan tak
bernoda, yang tidak pernah terkena oleh segala cemar dosa asal, sesudah
menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, telah diangkat melalui kemuliaan di
sorga beserta badan dan jiwanya. Ia telah ditinggikan oleh Tuhan
sebagai Ratu alam semesta, supaya secara lebih penuh menyerupai Puteranya,
Tuan di atas segala tuan (lih. Why 19:16), yang telah mengalahkan dosa dan
maut.” (Lumen Gentium 59)
6)
Maria adalah Bunda Gereja, Bunda umat beriman.
Konsili Vatikan II
mengajarkan:
“Ia [Maria]
dianugerahi kurnia serta martabat yang amat luhur, yakni menjadi Bunda Putera
Allah, maka juga menjadi Puteri Bapa yang terkasih dan kenisah Roh Kudus.
Karena anugerah rahmat yang sangat istimewa itu ia jauh lebih unggul dari semua
makhluk lainnya, baik di sorga maupun di bumi. Namun sebagai keturunan Adam, ia
termasuk golongan semua orang yang harus diselamatkan. Bahkan “ia [Maria] memang
Bunda para anggota (Kristus). Karena dengan cinta kasih ia menyumbangkan
kerjasamanya, supaya dalam Gereja lahirlah kaum beriman, yang menjadi
anggota Kepala itu”. Oleh karena itu ia menerima salam sebagai anggota Gereja
yang serba unggul dan sangat istimewa, pun juga sebagai pola-teladannya yang mengagumkan
dalam iman dan cinta kasih. Menganut bimbingan Roh Kudus Gereja Katolik
menghadapinya penuh rasa kasih-sayang sebagai bundanya yang tercinta.” (Lumen
Gentium 53)
“Dengan mengandung
Kristus, melahirkan-Nya, membesarkan-Nya, menghadapkan-Nya kepada Bapa di
kenisah, serta dengan ikut menderita dengan Puteranya yang wafat di kayu salib,
ia secara sungguh istimewa bekerja sama dengan karya Juru selamat, dengan
ketaatannya, iman, pengharapan serta cinta kasihnya yang berkobar, untuk
membaharui hidup adikodrati jiwa-jiwa. Oleh karena itu dalam tata
rahmat ia [Maria] menjadi Bunda kita.” (Lumen Gentium 61)
F.
Pengaruh doktrin Maria kepada kita umat beriman
- Ketaatan dan kekudusan Maria:
teladan kita
Ketaatan Maria menjadi
contoh bagi kita, demikian juga dengan kekudusannya.
a.
Ketaatan iman Maria
ini bahkan dapat dibandingkan dengan ketaatan Bapa Abraham, sebagai bapa umat
beriman. Ketaatan iman Abraham menandai Perjanjian Lama, sedangkan ketaatan
Maria menandai Perjanjian Baru. Ketaatan iman Maria sampai di kaki salib
Kristus mendorong kita juga untuk taat sampai akhirnya, bahkan ketika ‘tidak
ada dasar untuk berharap’ (lih. Rom 4:18).
b.
Ketaaatan Bunda Maria
ini mencakup ketaatan dalam mendengarkan Sabda Tuhan dan melaksanakannya (lih.
Luk 8:21). Kita patut mencontoh Bunda Maria yang taat dan setia sepanjang
hidupnya, ketaatan yang membawanya berdiri mendampingi Yesus sampai di kaki
salib-Nya.
c.
Kekudusan Maria
sebagai Tabut Perjanjian Baru juga menjadi teladan bagi kita. Sebab dengan
tingkatan yang berbeda, sebenarnya kitapun menjadi tabut/ bait Allah (1 Kor
3:16; 6:19), terutama pada saat kita menyambut Kristus dalam Ekaristi kudus.
Seharusnya, seperti Maria yang bergegas melayani Elizabeth, maka kita, setelah
‘mengandung’ Kristus di dalam tubuh kita, selayaknya bergegas melayani sesama
yang membutuhkan.
Tentang Maria sebagai
teladan ketaatan dan kekudusan bagi umat beriman, Konsili Vatikan II
mengajarkan:
“Namun sementara dalam
diri Santa perawan Gereja telah mencapai kesempurnaannya yang tanpa cacat atau
kerut (lih. Ef 5:27), kaum beriman kristiani sedang berusaha mengalahkan
dosa dan mengembangkan kesuciannya. Maka mereka mengangkat
pandangannya ke arah Maria, yang bercahaya sebagai pola keutamaan,
menyinari segenap jemaat para terpilih.” (Lumen Gentium 65)
- Maria adalah Bunda Gereja,
Bunda kita umat beriman
Ajaran tentang Tubuh
Mistik Kristus yang disampaikan oleh Rasul Paulus (lih. Kol 1:18, Ef 4:15)
menyatakan bahwa Kristus adalah Sang Kepala dan Gereja adalah Tubuh Kristus.
Oleh karena itu, Maria, dengan mengandung Kristus, juga mengandung semua umat
beriman yang adalah anggota dari Tubuh yang sama. Dengan demikian, Maria
disebut sebagai Bunda rohani kita.
Bunda rohani di sini
tidak saja dalam arti ibu yang melahirkan kita secara rohani, tetapi juga ibu
yang memelihara dan membimbing kita. Saat ini Bunda Maria masih menyertai kita
dengan doa- doa syafaatnya untuk membimbing kita sampai ke surga.
Konsili Vatikan II
mengajarkan:
“Hendaklah segenap
Umat kristiani sepenuh hati menyampaikan doa-permohonan kepada Bunda
Allah dan Bunda umat manusia, supaya dia, yang dengan
doa-doanya menyertai Gereja pada awal-mula, sekarang pun di sorga – dalam
kemuliaannya melampaui semua para suci dan para malaikat, dalam persekutuan
para kudus – menjadi pengantara kepada Puteranya, sampai semua
keluarga bangsa-bangsa, entah yang ditandai dengan nama kristiani, entah yang
belum mengenal Sang Penyelamat, dapat dihimpun bersama dengan kebahagiaan dalam
damai dan kerukunan menjadi satu Umat Allah, demi kemuliaan Tritunggal yang
Mahakudus dan Esa yang tak terbagi.” (Lumen Gentium 69).
- Karena Maria adalah Ibu dan
Perawan, maka Gereja juga adalah Ibu dan Perawan
Roh Kudus yang
menaungi Bunda Maria, juga turun pada saat Pembaptisan. Rahmat ini memberikan
kekuatan kepada mereka yang dipanggil kepada hidup selibat bagi Allah.
Kehidupan semacam ini merupakan gambaran utama persatuan yang murni antara
kodrat ilahi dan manusia di dalam rahim Sang Perawan dan misteri Gereja yang
agung. Inilah yang dimaksud oleh St. Ambrosius ketika ia mengatakan: “Tuhan
menampakkan diri-Nya di dalam daging dan di dalam diri-Nya menggenapi
perkawinan antara Tuhan dan kemanusiaan dan sejak itu keperawanan kekal dari
kehidupan surga telah menemukan tempatnya di antara manusia. Bunda Kristus
adalah seorang Perawan, dan karena itu, mempelai-Nya, yaitu Gereja, juga adalah
Perawan.”[87]
Konsili Vatikan II
mengajarkan:
“Seperti telah
diajarkan oleh St. Ambrosius, Bunda Allah itu pola Gereja, yakni dalam hal
iman, cinta kasih dan persatuan sempurna dengan Kristus. Sebab dalam
misteri Gereja, yang tepat juga disebut Bunda dan perawan, Santa
Perawan Maria mempunyai tempat utama, serta secara ulung dan istimewa memberi
teladan perawan maupun ibu.” (Lumen Gentium 63)
“Adapun Gereja
sendiri – dengan merenungkan kesucian Santa Perawan yang penuh rahasia
serta meneladan cinta kasihnya, dengan melaksanakan kehendak Bapa dengan patuh,
dengan menerima sabda Allah dengan setia pula – menjadi ibu juga. Sebab
melalui pewartaan, Gereja melahirkan hidup baru yang kekal-abadi bagi
putera-puteri yang dilahirkannya dalam Pembaptisan, yang dikandung oleh Roh
Kudus dan lahir dari Allah. Gereja pun adalah perawan,
yang dengan utuh murni menjaga kesetiaan yang dijanjikannya kepada Sang
Mempelai [yaitu Kristus]. Dan sambil mencontoh Bunda Tuhannya, Gereja dengan
kekuatan Roh Kudus secara perawan mempertahankan keutuhan imannya, keteguhan
harapannya, dan ketulusan cinta kasihnya.” (Lumen Gentium 64)
Keperawanan Gereja
secara khusus digambarkan/ dinyatakan oleh keperawanan mereka yang memilih
jalur hidup selibat untuk Kerajaan Allah. Hal ini diajarkan oleh St. Gregorius
Nissa,
“…bahwa kemurnian
adalah indikasi yang penuh tentang kehadiran Tuhan dan kedatangan-Nya, dan tak
seorangpun pada kenyataannya yang dapat menjamin hal ini, tanpa ia mengasingkan
diri dari nafsu kedagingan. Apa yang terjadi pada Maria yang tidak bernoda
ketika kepenuhan Allah Bapa yang ada di dalam Kristus bersinar melalui dia, hal
itu terjadi pada setiap jiwa yang memilih jalan hidup selibat/ keperawanan.”[88]
Dengan demikian, para
religius mempunyai peran yang sangat penting untuk menjadi gambaran teladan
keibuan dan keperawanan Gereja. Dengan kaul keperawanan, para religius secara
khusus mengikuti teladan Bunda Maria, yang mempersembahkan seluruh hidup dan
kasihnya kepada Allah; dan dengan demikian menjadi gambaran kasih ilahi itu
sendiri yang melibatkan pemberian diri seutuhnya, baik kepada Allah dan sesama.
- Pengangkatan Maria: gambaran
akhir kita kelak
Pengangkatan Bunda
Maria dan dimahkotainya di Surga, memberi gambaran akan penerapan rahmat
kemenangan yang diperoleh Kristus kepada Bunda Maria, yang merupakan murid-Nya
yang terbesar. Pengangkatan dan pemberian mahkota ini juga memberikan gambaran
akan apa yang akan dan dapat kita peroleh (tentu dengan derajat yang lebih
rendah dengan yang dicapai oleh Bunda Maria) di akhir nanti, jika kitapun setia
menjadi murid Kristus. Pengangkatan Bunda Maria memberi gambaran akan
kebangkitan badan di akhir jaman (lih. Yoh 6:39; lih. Munificentissimus
Deus 42). Peristiwa Maria dimahkotai di surga memberikan gambaran akan
pemberian mahkota surgawi/ mahkota kehidupan kepada anak- anak Allah yang
berhasil memenangkan perlombaan iman, seperti yang diajarkan oleh Rasul Paulus
(lih 1 Kor 9:24-25; 2 Tim 4:8), dan oleh Rasul Yakobus (Yak 1:12) dan Rasul
Yohanes (Why 2:10).
Konsili Vatikan II
mengajarkan:
“Sementara itu,
seperti halnya Bunda Yesus yang telah di muliakan di sorga dengan badan dan
jiwanya, adalah gambaran dan permulaan Gereja yang harus mencapai
kesempurnaannya di masa yang akan datang, begitu pula di dunia ini ia
[Maria] menyinari Umat Allah yang sedang mengembara sebagai tanda harapan yang
pasti dan penghiburan, sampai tibalah hari Tuhan (lih. 2Ptr 3:10).” (Lumen
Gentium 68)
G.
Appendix:
- Ayat- ayat Kitab Suci yang
paling sering dikutip untuk mempertanyakan kekudusan dan keperawanan Maria
a.
Matius 13:55, Markus 6:3 “Bukankah Ia ini anak tukang kayu?
Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon
dan Yudas?”
Di dalam Alkitab,
istilah “saudara” dipakai untuk menjelaskan banyak arti. Kata “saudara” memang
dapat berarti saudara kandung, namun dapat juga berarti saudara seiman (Kis
21:7), saudara sebangsa (Kis 22:1), ataupun kerabat, seperti pada kitab asli
bahasa Ibrani yang mengatakan Lot sebagai saudara Abraham (Kej 14:14), padahal
Lot adalah keponakan Abraham.
Jadi untuk memeriksa
apakah Yakobus dan Yusuf itu adalah saudara Yesus, kita melihat kepada
ayat-ayat yang lain, yaitu ayat Matius 27:56 dan Markus 15:40, yang menuliskan
nama-nama perempuan yang ‘melihat dari jauh’ ketika Yesus disalibkan. Mereka
adalah Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus dan Yusuf, dan ibu anak-anak Zebedeus
(Mat 27:56); atau Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus Muda, Yoses dan Salome
(Mrk 15:40). Alkitab menunjukkan bahwa Maria ibu Yakobus ini tidak sama dengan
Bunda Maria. Maria ibu Yakobus dan Yoses (Yusuf) dicatat dalam Alkitab sebagai
salah satu wanita yang menyaksikan penyaliban Kristus (Mt 27:56; Mk 15:40) dan
kubur Yesus yang kosong/ kebangkitan Yesus (Mk 16:1; Lk 24:10)
Mungkin yang paling
jelas adalah kutipan dari Injil Yohanes, yang menyebutkan bahwa yang hadir
dekat salib Yesus adalah, Bunda Maria, saudara Bunda Maria yang juga bernama
Maria, istri dari Klopas, dan Maria Magdalena (Yoh 19:25). Jadi di sini
jelaslah bahwa Maria (saudara Bunda Maria) ini adalah istri Klopas/ Kleopas[89], yang adalah juga ibu dari Yakobus dan
Yoses. Kesimpulannya, Yakobus dan Yoses ini bukanlah saudara kandung Yesus.
b.
Matius 1:24-25: Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti
yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai
isterinya, tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia
melahirkan anaknya laki-laki …
Banyak saudara-saudari
kita dari gereja lain mengartikan ayat ini bahwa Maria tidak lagi perawan
setelah melahirkan Yesus. Kata kuncinya di sini adalah kata ’sampai’. Di dalam
Alkitab, kata ‘sampai‘ ini tidak selalu berarti diikuti oleh perubahan
kondisi setelah itu. Kata sampai (‘heos’- Yunani) hanya mau menunjukkan bahwa
ada kondisi yang terjadi sampai satu titik tertentu. Contoh, pada 1 Kor 15:25,
dikatakan, “Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah
meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya.” Hal ini tidak bermaksud bahwa
setelah Yesus mengalahkan musuh-Nya Ia tidak lagi menjadi Raja.
Lihat juga konteks
serupa pada ayat 1 Tim 4:13; agar jemaat bertekun membaca Kitab Suci, dalam
pengajaran sampai kedatangan Rasul Paulus. Tetapi tidak
berarti bahwa setelah Rasul Paulus datang, lalu umat tidak lagi perlu tekun
membaca Kitab Suci dan dalam pengajaran. Juga pada Mat 28:19-20 dikatakan
pada pesan terakhir Yesus sebelum naik ke surga kepada para rasul-Nya, “…..
Ketahuilah bahwa Aku akan menyertaimu senantiasa sampai kepada
akhir jaman”. Ini juga tidak untuk diartikan bahwa setelah kedatangan-Nya
kembali pada akhir jaman, lalu kemudian Ia tidak akan menyertai para rasul-Nya.
Ada banyak lagi ayat di Kitab Suci yang mempergunakan kata “sampai” namun tidak
berarti bahwa setelah terpenuhi, lalu kondisi yang mensyaratkannya tidak lagi
berlaku.
St. Yohanes
Krisostomus (370) mengajarkan, “…ia [Yusuf] tidak bersetubuh dengan dia [Maria]
sampai ia melahirkan seorang anak laki- laki (Mat 1:23). Kata ‘sampai’
digunakan di sini, [namun]jangan kamu kira bahwa sesudahnya Yusuf bersetubuh
dengan Maria, tetapi bahwa sebelum kelahiran, sang Perawan seutuhnya tidak
pernah disentuh oleh laki- laki.”[90]
c.
Lukas 2:7: …dan ia (Maria) melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya
yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin…
Kata kunci di sini
adalah, ’sulung’. Sulung di sini tidak berarti bahwa Yesus kemudian mempunyai
adik-adik. ‘Sulung’ di dalam Alkitab menerangkan hak istimewa dari seseorang.
Contoh, pada Kitab Mazmur, Allah menyebut Daud ‘anak sulung’ (Mzm 89:28),
meskipun Daud adalah anak ke-8 dari Isai (1 Sam 16).
Allah menyebut bangsa
Israel disebut sebagai anak yang sulung (Kel 4:22). Kristus disebut ’sulung’
adalah untuk menunjukkan bahwa Ia adalah ‘Israel’ yang baru, yang menjadi yang
sulung dari banyak saudara (Rom 8:29), yang sulung dari segala ciptaan (Kol
1:15).
d.
Roma 3:23: “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan
kemuliaan Allah…”
Ayat ini sering dikutip
oleh umat Protestan untuk menyatakan bahwa semua orang berdosa, termasuk Bunda
Maria. Namun sebenarnya kita perlu melihat konteksnya. Sebelum Rom 3:23, di
ayat 9 dan 10 Rasul Paulus mengatakan, “mereka semua ada di bawah kuasa dosa, seperti
ada tertulis: “Tidak ada yang benar, seorangpun tidak.” Sebenarnya di sini Rasul
Paulus mengutip Mazmur 14, khususnya ayat 3, “Mereka semua telah menyeleweng,
semuanya telah bejat; tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak.” Mazmur 14
ini ditulis Raja Daud yang menyampaikan ratapannya tentang besarnya
pemberontakan bangsa Israel. Sebab musuh Raja Daud pada saat Mazmur itu
ditulis, tidak lagi hanya bangsa-bangsa non Yahudi, tetapi bangsa Yahudi itu
sendiri, bahkan orang terdekat dan anggota keluarganya sendiri, Saul dan
Absolom. Maka Raja Daud menggunakan kata “semua” adalah dalam konteks
menyatakan semua golongan, baik Yahudi maupun non Yahudi- dan bukan bermaksud
untuk menyatakan semua orang. Jadi di sini digunakan gaya bahasa hiperbolisme.
Kita ketahui demikian, karena segera sesudah menyebutkan “semua orang melakukan
kejahatan”, Raja Daud menyebutkan “umat-Ku” (ay. 4) dan “angkatan yang benar” (ay.5).
Kalau semua orang (dalam arti setiap orang tanpa kecuali) adalah jahat seperti
yang disebutkan pada ayat 3 tersebut, siapa yang disebut Raja Daud sebagai
“angkatan yang benar” tersebut? Sama konteksnya dengan perkataan Raja Daud,
Rasul Paulus juga mengatakan “semua” dalam ayat Rom 3:23 dalam arti semua
golongan telah berdosa terhadap Tuhan, tidak hanya orang-orang non- Yahudi,
namun orang Yahudi juga. Jadi yang ingin disampaikan di sini adalah, tidak
adanya beda antara orang yang bersunat dan tidak bersunat, kedua kelompok itu
mempunyai dosa- dosa yang dilakukan oleh pribadi- pribadi di dalamnya, dan
keduanya memerlukan kasih karunia Allah untuk dibenarkan di dalam iman akan
Yesus Kristus.
Jadi perikop ini tidak
bermaksud untuk menyatakan bahwa “semua orang telah berbuat dosa” dalam arti
mutlak. Sebab Yesus adalah perkecualiannya, dan anak- anak yang di bawah umur (under
the age of reason) juga demikian. Gereja Katolik mengajarkan bahwa Bunda
Maria juga termasuk kekecualian dalam hal ini. Dengan demikian, gaya bahasa
yang digunakan di sini adalah hiperbolisme, dengan pesan utama yang hendak
disampaikan, bahwa secara umum manusia dari segala golongan, telah berbuat
dosa.
e.
Matius 15:1-9 dan Yohanes 19:27: Dalam Injil Matius
bab 15, Yesus mengecam orang-orang Farisi yang mempersembahkan korban tetapi
kemudian menelantarkan orang tua mereka. Hukum pada Perjanjian Lama seharusnya
mewajibkan seorang anak untuk menanggung orang tuanya, sehingga praktek orang
Farisi yang melanggar hal ini membuat Yesus menyebut mereka sebagai ‘munafik’
(Mat 15:1-7).
Dalam Yoh 19:26-27,
pada saat Yesus disalibkan, Yesus memberikan Maria ibu-Nya kepada Yohanes (anak
Zebedeus) rasul yang dikasihi-Nya, yang bukan saudara-Nya. Seandainya Yesus
mempunyai adik-adik, seperti yang dianggap oleh gereja Protestan, perbuatan
Yesus ini sungguh tidak masuk di akal. Yesus yang mengecam orang Farisi yang
menelantarkan orang tuanya, tidak mungkin menyebabkan saudara-Nya sendiri
menelantarkan ibu-Nya. Kenyataan bahwa Yesus mempercayakan Maria kepada Yohanes
adalah karena Ia tidak mempunyai saudara kandung, karena Bapa Yusuf-pun telah
meninggal dunia, dan Yesus tidak mau meninggalkan ibu-Nya sebatang kara.
f.
Lukas 1:34: Kata Maria kepada malaikat itu, “Bagaimana hal itu
mungkin terjadi karena aku belum bersuami?”
Ayat ini sesungguhnya
merupakan terjemahan dari, “How shall this be, since I have no
husband” (RSV) atau, “I am a virgin” (Jerusalem Bible),
atau “I know not man” (Duoay -Rheims terjemahan dari Vulgate).
Sesungguhnya terjemahan yang benar adalah aku tidak bersuami (jika mengikuti
RSV), atau aku seorang perawan (Jerusalem Bible) atau aku tidak mengenal/
berhubungan dengan laki-laki (D-R). Kalimat ini hanya masuk akal jika Maria
telah memiliki kaul keperawanan -meskipun pada saat itu ia sudah bertunangan
dengan Yusuf- karena, jika tidak demikian, pernyataan ini akan terdengar
‘ganjil’. Sebagai contoh, jika seseorang ditawari rokok, dan ia menjawab ’saya
tidak merokok’, maka maksudnya adalah ’saya tidak pernah merokok’, dan bukan
’saya tidak sedang merokok sekarang’.[91]
Pengajaran dari para
pendiri gereja Protestan tentang Bunda Maria:
Banyak orang tidak
menyangka bahwa sebenarnya para pendiri gereja Protestan sesungguhnya juga
menghormati Bunda Maria. Berikut ini beberapa cuplikan ajaran mereka, seperti
yang saya kutip dari buku karangan Robert Payesko[92]
Martin Luther:
Maria Bunda Allah:
“Rasul Paulus (Gal 4:4) mengatakan, “Tuhan mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan.” Perkataan ini yang kupegang sebagai kebenaran, sungguh- sungguh menegaskan dengan teguh bahwa Maria adalah Bunda Allah.”[93]
“Konsili tersebut [Efesus] tidak menyampaikan sesuatu yang baru tentang iman, tetapi telah memperkuat iman lama, melawan kesombongan baru Nestorius. Artikel iman ini- bahwa Maria adalah Bunda Allah- sudah ada di dalam Gereja sejak awal dan bukan merupakan kreasi baru dari Konsili, tetapi presentasi dari Injil dan Kitab Suci.”[94]
“Ia [Maria] layak disebut tidak saja sebagai Bunda Manusia, tetapi juga Bunda Allah … Adalah pasti bahwa Maria adalah Bunda dari Allah yang nyata dan sejati.”[95]
Maria Tetap Perawan:
“Adalah artikel iman bahwa Maria adalah Bunda Tuhan dan tetap Perawan.”[96].
Kepada Helvidius yang meragukan keperawanan Maria, dengan menganggap bahwa Maria mempunyai anak- anak lain selain Yesus, Luther menjelaskan bahwa mereka bukan saudara kandung Yesus:
Setelah Maria “mengetahui bahwa ia adalah Bunda dari Allah Putera, ia tidak ingin untuk menjadi ibu dari anak manusia, tetapi ia tetap di dalam rahmat karunia itu.”[97]
“Tidak diragukan lagi, tidak ada seorangpun yang begitu berkuasa yang, menggantungkan pada pemikirannya sendiri, tanpa Kitab Suci, akan beranggapan bahwa ia [Maria] tidak tetap perawan.”[98]
Maria dikandung tanpa noda:
“Tetapi konsepsi yang lain, yaitu pada saat penghembusan jiwa, adalah layak dan khidmat untuk dipercaya, ia tidak mempunyai dosa, sehingga ketika jiwanya dihembuskan, ia [Maria] pada saat yang sama dibersihkan dari dosa asal dan dikurniai karunia- karunia Tuhan untuk menerima jiwa yang dihembuskan. Oleh karena itu, pada saat ia mulai hidup, ia tidak mempunyai dosa sedikitpun….”[99]
“Tuhan telah membentuk tubuh dan jiwa Perawan Maria penuh dengan Roh Kudus, sehingga ia tanpa segala dosa, sebab ia telah mengandung dan melahirkan Tuhan Yesus.”[100].
Maria diangkat ke surga:
“Tidak dapat diragukan lagi bahwa Perawan Maria berada di surga. Bagaimana sampai terjadi demikian, kita tidak tahu.”[101]
Penghormatan kepada Maria:
“Penghormatan kepada Maria tertulis dalam kedalaman hati manusia yang terdalam.”[102].
“Apakah hanya Kristus sendiri yang patut disembah? Atau apakah Bunda Tuhan yang suci tidak patut dihormati? Ini adalah sang perempuan yang menghancurkan kepala Sang Ular [Iblis]. Dengarkanlah kami. Sebab Putera-Mu tidak akan menolak apapun dari-Mu.”[103].
Gambar Maria
Seseorang tidak dapat memahami hal- hal spiritual kecuali jika gambar- gambar dibuat tentang mereka.”[104]
“Tidak ada yang lain yang dapat disimpulkan dari perkataan: “Jangan kamu mempunyai allah- allah lain di hadapan-Ku”, kecuali apa yang berkaitan dengan berhala. Tetapi gambar- gambar ataupun patung-patung dibuat tanpa berhala, pembuatan benda- benda tersebut tidak dilarang.”[105]
“Kalau saya telah melukis gambar di dinding dan saya melihatnya tanpa berhala, maka hal itu tidak dilarang bagi saya, dan seharusnya tidak diambil dari saya.”[106]
Maria Bunda semua orang Kristen
“Bunda Maria adalah Bunda Yesus dan bunda kita semua. Kalau Kristus adalah milik kita, kita harus berada di mana Ia berada; dan semua yang menjadi milik-Nya pasti menjadi milik kita, dan oleh karena itu ibu-Nya juga adalah ibu kita.”[107].
“Kita semua adalah anak- anak Maria.”[108].
John Calvin
Maria Bunda Allah
“Elisabet memanggil Maria Bunda Allah, karena kesatuan kedua kodrat dalam pribadi Kristus adalah sedemikian sehingga manusia yang mortal yang ada dalam rahim Maria adalah juga pada saat yang sama Allah yang kekal.”[109].
Maria tetap perawan
“Helvidius telah menunjukkan dirinya sendiri sebagai seorang yang bebal, dengan mengatakan bahwa Maria mempunyai banyak anak- anak, sebab ada disebutkan dalam beberapa perikop tentang saudara- saudara Kristus.”[110]
Calvin sendiri mengartikan “saudara- saudara” ini artinya saudara sepupu atau saudara bukan saudara kandung (relatives).
Penghormatan kepada Maria
“Tidak dapat diingkari bahwa Tuhan, dengan memilih dan menentukan Maria sebagai Bunda Putera-Nya, telah mengaruniakannya penghormatan yang tertinggi.”[111].
“Sampai pada saat ini kita tidak dapat menikmati rahmat yang diberikan kepada kita di dalam Kristus, tanpa pada saat yang sama berpikir bahwa Tuhan telah memberikan sebagai hiasan dan penghormatan kepada Maria, dengan menghendakinya sebagai ibu dari Putera-Nya yang tunggal.”[112]
Teladan Maria
“Mari bertindak seperti Bunda Maria dan berkata, “Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataan-Mu” …. Kita melihat di sini pengajaran yang diberikan kepada kita oleh Perawan Maria yang menjadi bagi kita seorang guru yang baik, asalkan kita mengambil keuntungan dari pelajaran- pelajarannya sebagai pengajaran bagi kita.”[113]
Zwingli
Maria Bunda Allah
“Telah diberikan kepada-Nya apa yang tidak dimiliki oleh ciptaan yang lain, bahwa di dalam dagingnya, Ia melahirkan Allah Putera.”[114]
“Aku sangat yakin bahwa Maria, sesuai dengan perkataan Injil sebagai seorang Perawan murni yang melahirkan bagi kita Putera Allah dan pada saat melahirkan dan setelah melahirkan selamanya tetap murni, tetap perawan.[115]
Maria Tetap Perawan
“Saya sangat menghargai Bunda Allah, Sang Perawan Maria yang tidak bernoda dan tetap perawan.”[116].
“Kristus… dilahirkan dari Perawan yang paling tidak bernoda.”[117]
“Adalah layak bahwa Sang Anak yang kudus harus mempunyai seorang Bunda yang kudus.”[118]
“Semakin banyak penghormatan dan kasih Kristus berkembang di antara manusia, makin banyak penghargaan dan penghormatan kepada Maria harus berkembang juga.”[119].
John Wesley
Maria Tetap Perawan
“Saya percaya bahwa Ia (Allah Putera) telah menjelma menjadi manusia, menggabungkan kodrat manusia dengan ke-Allahan di dalam satu pribadi, dikandung oleh perbuatan tunggal dari Roh Kudus, dan dilahirkan oleh Perawan Maria yang terberkati, yang sesudah maupun pada saat melahirkan-Nya, tetap perawan yang murni dan tidak bernoda.”[120]
C. Beberapa link dengan topik pembahasan tentang Bunda Maria di situs Katolisitas:
Bunda Maria, Co- Redemptrix
Maria, Bunda Allah
Bunda Maria, tetap Perawan, mungkinkah?
Maria Dikandung Tanpa Noda: Apa Maksudnya?
Maria, Bunda Allah
Bunda Maria, tetap Perawan, mungkinkah?
Maria Dikandung Tanpa Noda: Apa Maksudnya?
Mei dan Oktober sebagai bulan Maria
Luk 11:27-28, Yesus menentang Maria?
Di sisi mana Bunda Maria duduk di surga?
Bisakah Yesus tanpa saingan?
Peran Maria dalam mukjizat di Kana
Yesus dan sanak saudara-Nya Luk 8:19-21
Siapa perempuan dalam Wahyu 12?
Tanggapan terhadap tuduhan penyembahan Maria
Doa Rosario, doa yang sungguh Alkitabiah
Lourdes, Garabandal, HSDA, Kerahiman Ilahi
Maria Tabut Perjanjian Baru, dan benarkah Yesus menyangkal Maria 3 kali?
Kerjasama antara rahmat dan kehendak bebas dalam diri Bunda Maria
Tanggapan mengenai ajaran Bapa Gereja tentang Maria= Hawa baru
Sekali lagi kesalahpahaman tentang Bunda Maria
Apakah umat Katolik harus berdoa melalui Bunda Maria?
Tentang Novena Tiga Salam Maria
Tentang Maria diangkat ke Sorga dan Maria adalah Ratu Sorga
Sejak kapan Protestan percaya bahwa Bunda Maria adalah orang kudus?
Tentang Bunda Maria dan St. Yusuf
Pertanyaan sdr/i Protestan tentang ajaran Katolik mengenai Bunda Maria
Apa dasar ajaran Gereja Katolik: Bunda Maria diangkat ke surga?
Apakah ajaran Maria sebagai Bunda Allah dan Bunda Gereja ada dalam Alkitab?
Bunda Maria sama saja dengan tokoh Alkitab yang lain?
Maria adalah perempuan yang disebutkan di dalam Kitab Kejadian
Bagaimana mungkin Maria dikandung tanpa noda?
Penghormatan terhadap Maria, Santa dan Santo
Luk 11:27-28, Yesus menentang Maria?
Di sisi mana Bunda Maria duduk di surga?
Bisakah Yesus tanpa saingan?
Peran Maria dalam mukjizat di Kana
Yesus dan sanak saudara-Nya Luk 8:19-21
Siapa perempuan dalam Wahyu 12?
Tanggapan terhadap tuduhan penyembahan Maria
Doa Rosario, doa yang sungguh Alkitabiah
Lourdes, Garabandal, HSDA, Kerahiman Ilahi
Maria Tabut Perjanjian Baru, dan benarkah Yesus menyangkal Maria 3 kali?
Kerjasama antara rahmat dan kehendak bebas dalam diri Bunda Maria
Tanggapan mengenai ajaran Bapa Gereja tentang Maria= Hawa baru
Sekali lagi kesalahpahaman tentang Bunda Maria
Apakah umat Katolik harus berdoa melalui Bunda Maria?
Tentang Novena Tiga Salam Maria
Tentang Maria diangkat ke Sorga dan Maria adalah Ratu Sorga
Sejak kapan Protestan percaya bahwa Bunda Maria adalah orang kudus?
Tentang Bunda Maria dan St. Yusuf
Pertanyaan sdr/i Protestan tentang ajaran Katolik mengenai Bunda Maria
Apa dasar ajaran Gereja Katolik: Bunda Maria diangkat ke surga?
Apakah ajaran Maria sebagai Bunda Allah dan Bunda Gereja ada dalam Alkitab?
Bunda Maria sama saja dengan tokoh Alkitab yang lain?
Maria adalah perempuan yang disebutkan di dalam Kitab Kejadian
Bagaimana mungkin Maria dikandung tanpa noda?
Penghormatan terhadap Maria, Santa dan Santo
Catatan: Bahan ini adalah materi yang digunakan untuk seminar, dengan tema: Memaknai gelar-gelar Maria dalam spiritualitas pelayanan, dengan judul: Maria dalam Kitab Suci; dalam seminar untuk Ikatan biarawan-biarawati Keusukupan Agung Jakarta.
CATATAN KAKI:
- Cardinal Henry Newman, Sermon, 1849 [↩]
- St. Irenaeus, Against Heresies, 5:19:1 [↩]
- St. Petrus, Letter to All Non-Egyptian Bishops 12 [↩]
- St. Cyril dari Jerusalem, Catechetical Lectures, X:19 – c. A.D. 350 [↩]
- St. Athanasius, Penjelmaan Sabda Allah 8 [↩]
- St. Epiphanus, The man well-anchored, 75 [↩]
- St. Ambrose, On Virginity, 2:15 [↩]
- St. Jerome, Epistle to Eustochium 22:19, 38 [↩]
- Lihat St. Gregory Nazianzus, To Cledonius, 101 [↩]
- John Cassian, The Incarnation of Christ, II:2 [↩]
- Lihat St. Cyril dari Alexandria, Epistle ro the Monks of Egypt, I [↩]
- St. Vincent dari Lerins, The Commonitoriy for the Antiquity and Universality of the Catholic Faith, 15 [↩]
- St. Yohanes Damaskinus, seperti dikutip dalam Robert Payesko, The Truth about Mary, Volume 2, (Queenship Publishing company, California, USA, 1996), p. 2-181 [↩]
- Ludwig Ott, Fundamentals of Catholic Dogma, p. 196 [↩]
- Lihat St. Irenaeus, Against Heresies, 189 AD, 3:22:24 [↩]
- St. Hippolytus, Orations Inillud, Dominus pascit me [↩]
- Origen, Homily 1 [↩]
- St. Gregorius the Wonder Worker, Homily on the Annunciation to the Holy Virgin Mary [↩]
- St. Ephraim, Nisibene Hymns 27:8 [↩]
- St. Ephraim, Hymns on the Nativity, 15:23 [↩]
- St. Athanasius, Homily of the Papyrus of Turin, 71:216 [↩]
- St. Epiphanius, Panarion, 78:21 [↩]
- St. Ambrose, Commentary on Psalm 118: Sermon 22, no.30, PL 15, 1599 [↩]
- St. Gregorius, Sermon 38 [↩]
- St. Augustine, Nature and Grace 36:42 [↩]
- Theodotus, Homily 6:11 [↩]
- Proclus, Homily 1 [↩]
- St. Severus, Hom. cathedralis, 67, PO 8, 350 [↩]
- Germanus dari Konstantinopel, Marracci in S. Germani Mariali [↩]
- Robert Payesko, The Truth about Mary, Volume II, p. 2-155 [↩]
- Tertullian, On Monogamy, 8 [↩]
- St. Athanasius, Discourses Against the Arians, 2, 70, Jurgens, Vol.1, n. 767a [↩]
- St. Epiphanus, Well Anchored Man, 120 [↩]
- St. Jerome, The Perpetual Virginity of Blessed Mary, Chap 21, seperti dikutip oleh John R. Willis, SJ, The Teaching of the Church Fathers ((Ignatius Press, San Francisco, 2002 reprint, original print by Herder and Herder, 1966) p. 358 [↩]
- Lihat St. Augustine, Sermons, 186, Heresies, 56; Jurgens, vol.3, n. 1518 dan 1974d [↩]
- St. Augustine, Letters no. 137., seperti dikutip oleh John R. Willis, SJ, The Teaching of the Church Fathers, p. 360 [↩]
- St. Agustinus, Serm. 189, n.2; PL 38, 1005 [↩]
- St. Petrus Kristologus, Sermon 117 [↩]
- Paus St. Leo Agung, On the Feast of the Nativity, Sermon 22:2 [↩]
- St. Yohanes Damaskinus, Orthodox Faith, 4:14 [↩]
- Robert Payesko, The Truth about Mary, Volume II, Mary in Scripture and the Historic of Christian Faith, (Queenship Publishing Company, CA, 1998), p.2-155, Salah satu butir pengajaran untuk menjawab ajaran yang keliru tentang Bunda Maria di dalam Konsili Konstantinopel II, butir 6,“If anyone declares that it can be only inexactly and not truly said that the holy and glorious ever-virgin Mary is the mother of God, or says that she is so only in some relative way, considering that she bore a mere man and that God the Word was not made into human flesh in her, holding rather that the nativity of a man from her was referred, as they say, to God the Word as he was with the man who came into being; if anyone misrepresents the holy synod of Chalcedon, alleging that it claimed that the virgin was the mother of God only according to that heretical understanding which the blasphemous Theodore put forward; or if anyone says that she is the mother of a man or the Christ-bearer, that is the mother of Christ, suggesting that Christ is not God; and does not formally confess that she is properly and truly the mother of God, because he who before all ages was born of the Father, God the Word, has been made into human flesh in these latter days and has been born to her, and it was in this religious understanding that the holy synod of Chalcedon formally stated its belief that she was the mother of God: let him be anathema.” [↩]
- lih. Dr. Ludwig Ott, Fundamentals of Catholic Dogma, Ibid., p.204 [↩]
- Lihat St. Yustinus Martir, Dialogue with Trypho the Jew, 155 AD, p.100 [↩]
- lih. St. Irenaeus, Against Heresies, 3:22:24 [↩]
- St. Irenaeus, Against Heresies, V:19,1 [↩]
- Tertullian, Flesh of Christ, 17 [↩]
- Lihat Robert Payesko, The Truth about Mary, Volume 2, (Queenship Publishing company, California, USA, 1996), p. 2-180 [↩]
- St. Agustinus, Sermon, dikutip dalam John Rotelle, OSA.ed. Mary’s Yes, Meditations on Mary through the ages (Ann Arbor, Michigan: Redeemer Books, Servant Publications, 1988), p. 30 [↩]
- St. Germanus, Or. 9,5, Lesson of the Office of the Feast [↩]
- St. Germanus, Homily on the Liberation of Constantinople, 23 [↩]
- St. John of Damascene, Homily 1 on the Dormition, 14 [↩]
- St. Ambrose Autpert, Assumption of the Virgin [↩]
- St. Pius X, Ad diem illum Laetissimum [↩]
- Paus Yohanes Paulus II, Redemptoris Mater 18 [↩]
- Tentang partisipasi Maria dalam kematian Yesus, lihat tulisan St. Bernardus, In Dominica infra octavam Assumptionis Sermo, 14: S. Bernardi Opera, V, 1968, 273 [↩]
- Origen, In Ioan 2,12; fragm. 31 [↩]
- St. Ephrem, Hymnus 15,2 [↩]
- St. Jerome, Adv. Ruf II, 5 [↩]
- St. Agustius, In Ioan tr 8, 9 [↩]
- The Passing of the Virgin 16:2-17 [↩]
- St. Timothy of Jerusalem, Homily on Simeon dan Anna, 400 [↩]
- John the Theologian, The Dormition of Mary [↩]
- Gregory of Tours, Eight Books of Miracles 1:4 [↩]
- Theoteknos, Homily on the Assumption [↩]
- Modestus, Encomium in dormitionnem Sanctissimae Dominae nostrae Deiparae semperque Virginis Mariae [↩]
- Theoteknos of Livias, Homily on the Assumption [↩]
- St. Germanus, Sermon I (PG 98, 346 [↩]
- Yohanes Damascene, Dormition of Mary, PG (96, 741) [↩]
- Gregorian Sacramentary, Veneranda, sebelum 795 [↩]
- Gallican Sacramentary, dari Munificentis simus Deus, abad ke-8 [↩]
- Byzantine Liturgy, dari Munificentis simus Deus, abad ke- 8 [↩]
- Origen, Commentary on John I,4, 23, PG 14, 32 [↩]
- St. Ephrem, Hymn 3 on the Birth of the Lord, v.5., ed. Lamy, II, pp 464 f [↩]
- St. Augustine, De sancta virginitate, 6 (PL 40, 399) [↩]
- Paus Pius X, Ad diem illum Laetissimum [↩]
- St. Irenaeus, Against Heresies, V: 19,1 [↩]
- Sub Tuum Praesidium, dari Rylands Papyrus, Mesir [↩]
- St. Gregory Nazianzen, Oration 24:11 [↩]
- St. Cyril dari Alexandria, Homily 11 [↩]
- Basil of Selucia, PG 85: 452 [↩]
- Theoteknos of Livias, Assumption 291 [↩]
- Germanus of Konstantinopel, Homily on the Liberation of Constantinople, 23 [↩]
- John Damascene, Homily 1 on the Dormition, 14 [↩]
- Ambrose Autpert, Assumption of the Virgin [↩]
- sumber: Ludwig Ott, Fundamentals of Catholic Dogma, p. 207-209, 215 [↩]
- St. Epiphanus, Haer 79,7 [↩]
- Hugo Rahner, Our Lady and the Church, Michigan: Zaccheus Press, 2004, p. 33 [↩]
- Gregory of Nyssa, On Virginity, 2 [↩]
- Kleopas adalah salah satu dari murid-murid Yesus yang berjalan ke Emmaus dan mengalami penampakan diri Yesus setelah kebangkitan-Nya (Luk 24:18) [↩]
- John Chrysostom, Homily on Matthew 5:5 [↩]
- Lihat Rene Laurentine, A Short Treatise on the Virgin Mary, (Washington, New Jersey: AMI Press, 1991),p 285 [↩]
- Robert Payesko, The Truth about Mary, volume 1, (Santa Barbara: Queenship publication, 1996), p. I-51-58 [↩]
- Martin Luther, Weimar edition of Martin Luther’s Works (translation by William J. Cole), 50, p. 592, line 5 [↩]
- Martin Luther, Weimar edition of Martin Luther’s Works, English translation by J. Pelikan (St. Louis: Concordia), vol 7, 572. [↩]
- Martin Luther, Weimar edition of Martin Luther’s Works, English translation by J. Pelikan (St. Louis: Concordia), vol 24, 107 [↩]
- Martin Luther, Weimar edition of Martin Luther’s Works (translation by William J. Cole), vol 11, 319-320 [↩]
- Martin Luther, Weimar edition of Martin Luther’s Works (translation by William J. Cole), 11, p. 320 [↩]
- Martin Luther, Weimar edition of Martin Luther’s Works (translation by William J. Cole), 11, p. 320 [↩]
- Martin Luther, Weimar edition of Martin Luther’s Works (translation by William J. Cole), Vol 4, 694 [↩]
- Martin Luther, Weimar edition of Martin Luther’s Works (translation by William J. Cole), Vol 52, 39 [↩]
- Martin Luther, Weimar edition of Martin Luther’s Works (translation by William J. Cole), 10, p.268 [↩]
- Martin Luther, Weimar edition of Martin Luther’s Works (translation by William J. Cole), 10, III, p.313 [↩]
- Martin Luther, ibid., vol 51, p. 128-129 [↩]
- Martin Luther, Weimar edition of Martin Luther’s Works, (translation by William J Cole) 46, p. 308 [↩]
- Martin Luther, ibid., 18, p. 69 [↩]
- Martin Luther, ibid., 28, p. 677 [↩]
- Luther Works, (Weimar), 29:655:26-656:7 [↩]
- Luther Works, (Weimar), 11:224:8 [↩]
- John Calvin, Calvini Opera (Braunshweig- Berlin, 1863-1900), volume 45, 35 [↩]
- Bernard Leeming, “Protestants and Our Lady”, Marian Library Studies, January 1967, p.9 [↩]
- John Calvin, Calvini Opera (Braunshweig- Berlin, 1863-1900), volume 45, 348 [↩]
- John Calvin, A Harmony of Matthew, Mark and Luke (St. Andrew’s Press, Edinburgh, 1972),p.32 [↩]
- John Calvin, Calvini Opera, op.cit., Vol I, 320 ff [↩]
- Ulrich Zwingli, Zwingli Opera, Opera Completa (Zurich, 1828-42), Vol. 6, I, 639 [↩]
- Ulrich Zwingli, Zwingli Opera, Corpus Reformatum, Vol. I, 424 [↩]
- E. Stakemeier, De Mariologia et Oecumenismo, K. Balic, ed. (Rome, 1962), 456 [↩]
- Ibid. [↩]
- Ibid. [↩]
- Ulrich Zwingli, Zwingli Opera, Corpus Reformatum, Vol.I, 427- 428 [↩]
- John Wesley, Letter to a Roman Catholic [↩]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar