Senin, 27 Februari 2017

Ketentuan puasa dan pantang menurut Gereja Katolik

Bagaimanakah berpuasa yang benar menurut ajaran Gereja Katolik, kapan dan bagaimana puasa itu dilakukan? Pertama-tama perlu kita ketahui dulu alasan mengapa kita berpuasa dan berpantang. Bagi kita orang Katolik, puasa dan pantang artinya adalah tanda pertobatan, tanda penyangkalan diri, dan tanda kita mempersatukan sedikit pengorbanan kita dengan pengorbanan Yesus di kayu salib sebagai silih dosa kita dan demi mendoakan keselamatan dunia. Jadi puasa dan pantang bagi kita tak pernah terlepas dari doa. Dalam masa prapaska, maka puasa, pantang dan doa disertai juga dengan perbuatan amal kasih bersama-sama dengan anggota Gereja yang lain.

Sejarah Para Bapa Gereja

1.           Santo Petrus (33-64 atau 33-67)
2.        Santo Linus dari Tuscany (67-76)
3.        Santo Anacletus (atau Cletus) dari Roma (76-88)
4.        Santo Clement I dari Roma (88-97)
5.        Santo Evaristus dari Yunani (97-105)
6.        Santo Alexander I dari Roma (105-115)
7.        Santo Sixtus I dari Roma (115-125)
8.        Santo Telesphorus dari Yunani (125-136)
9.        Santo Hyginius dari Athena, Yunani (136-140)
10.     Santo Pius I dari Aquileia (140-155)
11.     Santo Anicetus dari Emesa, Syria (155-166)
12.     Santo Soter dari Campagna, Italia (166-175)
13.     Santo Eleutheriusdari Nicopolis di Epirus, Yunani (175-189)
14.     Santo Victor I dari Afrika (189-199)
15.     Santo Zephyrinusdari Roma (199-217)

Sekilas Ajaran Gereja Tentang Bunda Maria

A.    Menuju Yesus melalui Bunda Maria
Ad Jesum per Mariam” (Menuju Yesus melalui Bunda Maria) adalah istilah yang sering kita dengar. Namun sudahkah kita menghayati pepatah ini, dan menjadikannya sebagai semboyan hidup sendiri? Barangkali proses pemahaman tentang hal ini akan memakan waktu sepanjang hidup kita, dan semoga hari demi hari Tuhan menambahkan kepada kita pemahaman yang semakin mendalam.
Pemahaman tentang ajaran Gereja Katolik tentang Bunda Maria tidak terlepas dari apa yang dipaparkan dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, yang juga diteruskan dalam Tradisi Suci, yang dapat diterangkan sebagai berikut:
  1. Peran Bunda Maria telah digambarkan secara samar- samar dalam Kitab Perjanjian Lama. Jadi, dengan melihat tipologi, kita dapat melihat kaitan antara penggambarannya di Perjanjian Lama dan penggenapannya di Perjanjian Baru.
  2. Peran Bunda Maria disampaikan secara eksplisit dalam Kitab Suci terutama dalam Injil.
  3. Peran Bunda Maria kemudian banyak disampaikan oleh Tradisi Suci, yaitu dari ajaran yang disampaikan oleh para Bapa Gereja, dan yang dilestarikan juga dalam liturgi suci dan oleh pengajaran Magisterium, yang menunjukkan bahwa Bunda Maria selalu menjadi bagian dalam sejarah kehidupan Gereja di sepanjang jaman.